Tampilkan postingan dengan label kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah Inspiratif. Tampilkan semua postingan

Kisah Nyata Unik Seputar JODOH dan TAKDIR

Motivasi.Net - Aku kenal suami saat masih bekerja di sebuah perusahaan pembuat rambut palsu di kota ku. Kala itu aku sering melihatnya saat pulang dan pergi dari pabrik. Kudapati ia setiap sore dan pagi di halaman masjid. Entah tengah menyapu masjid ataupun mengajar anak-anak mengaji di masjid yang sama. Pemuda yang terlihat kalem itu juga menggelar dagangannya di siang hari saat jam istirahat pabrik. Tetap saja ia kalem, sedikit senyum, meski teman-teman wanita di pabrik iseng menggodanya. Dan tak kusangka, “Pria Es” begitu teman-teman pabrik menjulukinya, menjadi buah bibir di pabrik.
Bahkan beberapa teman kerjaku, terang-terangan bersaing mendapatkan perhatian si “Pria Es”. Pagi dan sore mereka sengaja pulang pergi kerja lewat masjid tempat “Pria Es” mengajar ngaji. Padahal rumah mereka jelas-jelas berlawanan arah. Yang terlintas dalam benakku, mereka benar-benar membuang waktu dan kurang kerjaan. Hmm… aneh, sampai segitunya. Padahal mereka belum tentu memperoleh apa yang mereka inginkan. Aku tertawa kecut dan geleng-geleng kepala.
Esok hari, pabrik heboh. Ketika Ratna, sebut saja begitu, bercerita bahwa pulang kerja kemarin, ia diam-dia membuntuti “Pria Es” itu sampai ke rumah. Ketika beberapa teman lain bertanya, “Dimana rumahnya?” Ratna tutup mulut. “enak saja, usaha sendiri donk”. Ratna melanjutkan kisahnya. Saat itu ia pura-pura tersesat mencari alamat seseorang. “tapi sebel dech, masa dia Cuma ngomong sedikit dan tidak menyuruh masuk. Padahal aku setengah mati mengikutinya,” kontan tawa meledek dari seantero sudut runag pabrik. Aku hanya tersenyum.
Qodarullah, esoknya aku kesiangan berangkat kerja. Aku setengah ngebut menggenjot sepeda bututku. Hingga saat di tikungan, “Gubrak!!” tahu-tahu aku sudah terkapar di jalan. Sementara kudengar pria penabrakku berteriak “Allahuakbar. Bismillah!!” kulihat motornya meliuk-liuk. Sebelum akhirnya ia melompat limbung dan jatuh sangat keras. Sesaat, aku sadar dari terkejutku. Mencoba bangun untuk menepi dari tengah jalan. MasyaAllah, sakit luar biasa. Namun aku tetap memaksakan diri untuk beranjak. Karena jujur aku mencemaskan keadaan penabrakku. Ia diam tak bergerak. Sempat kulihat roda sepedaku meliuk seperti angka delapan. Sadelnya lepas entah kemana..
-->

Dengan tubuh yang gemetar dan sakit di sekujur tubuh, ragu-ragu kudekati pria itu. Kuguncang tubuhnya yang telungkup. “Mas, mas, bangun mas?!” suaraku bercampur tangis karena takut. Kutengok sekeliling, sepi, tak ada lalu lalang orang untuk meminta pertolongan. Untung ia jatuh di tepi jalan hingga aku tak perlu menariknya. Kucoba berulang kali memanggilnya, tetap tak ada sahutan. Perlahan, meski berat kucoba membalikkannya. Kubuka helm yang masih menutup kepala dan wajahnya. Masya Allah, si “Pria Es” itu!! Tiba-tiba dunia berputar, penuh bintang dan hitam… bukan karena “Pria Es itu. Tapi aku merasa sakit luar biasa di belakang kepala dan mendadak muntah.
Selanjutnya aku ada di rumah sakit. Kulihat ibu kostku di runag rawat , ia menangis melihatku. “Pria Es” itu juga ada disana. Ia mendekatiku. “Maaf mbak saya yang menabrak mbak tadi pagi. Soal sepeda dan biaya rumah sakit, InsyaAllah saya yang tanggung. Mbak disini sampai sembuh. Saya juga sudah minta ijin ke pabrik. Maaf juga mbak, saya yang mengabari ibu kost. Dan kalau saya boleh tahu saya minta alamat mbak dan untuk ngabari orang tua mbak. “ya, terimakasih mas, saya nggak punya orang tua. Saya Cuma punya dua kakak laki-laki. Dinasnya di Kalimantan dan Sumatra. Nggak usah dikabari, nanti saya yang memberi tahu sendiri”. “Oo…”, hanya itu yang keluar dari mulutnya..
Malamnya “Pria Es” itu yang menjagaku. Hasil pemeriksaan siang tadi, aku mengalami gegar otak ringan. Saat menjagaku, ia hanya duduk di kejauhan. Sesekali bertanya apa yang aku perlukan dan apa yang aku keluhkan. Terkadang ia berbicara dengan ibu kostku yang sudah sepuh. Beliau tinggal sendiri. Beliau adalah teman ibu saat mengajar di SD. Setelah bapak dan ibu meninggal, kebetulan orang tua kami sama-sama anak tunggal, aku tinggal bersama dua kakakku hingga mereka ditempatkan di luar jawa. Sebenarnya mereka ingin aku ikut mereka, tapi aku tak mau. Rumah besar peninggalan orang tua kami kontrakkan dan aku oleh kakakku dititipkan pada sahabat ibu sekalian menemani beliau.
Baru hari ke dua di RS, aku menanyakan keadaannya, ia hanya menjawab pendek dan tak perlu mengkhawatirkannya. Padahal kulihat, lengan tangannya penuh luka merah yang belum mongering. Mukanya lebam dan dagu diperban, dan jalanpun pincang. Dua malam ia tidur di lantai, jauh di ujung kamar kelas 1, dan selalu membelakangiku… agak aneh menurutku, ia pun sering membuang pandangan bila berbicara denganku… Dua bulan sejak keluar dari RS , aku tak pernah melihatnya lagi. Tapi ia masih menitipkan uang pada bu Has, ibu kostku untuk biaya kontrolku. Padahal aku tak berharap atau menuntutnya terus-menerus mengobati pengobatanku. Aku tak mau membebaninya, aku juga tahu kondisinya yang hanya berdagang kecil-kecilan. Aku menyimpan uang pemberiannya. Ada niatku untuk mengembalikan padanya suatu hari.
-->

Delapan bulan berlalu, aku sudah melupakan “Pria Es” itu. Tapi lewat bu Has, ia masih rajin menitipkan uang kontrol. Bu Has bilang pria itu ingin aku pulih seutuhnya. Benar-benar pria bertanggungjawab. Dipertengahan bulan kesembilan, kakak sulungku meneleponku dari kalimantan.
“Na, ada yang mau nikahin kamu. Katanya, kamu sudah kenal dia dan pria itu sudah kenal kamu”.
“Pria yang mana mas?! Pacaran atau dekat dengan cowok saja nggak pernah kok. Mas Eko pasti ngarang dech”. Kudengar mas Eko tertawa diseberang telepon.
“Mas sudah tahu dan kenal orangnya. Biar kamu ada yang menjaga dan aku nggak kepikiran di kalimantan. Terima saja ya, insyaallah dia baik dan bertanggungjawab. Malah dia sudah ketemu mas lho. Jauh-jauh datang cuma minta izin nikahin kamu. Nggak semua laki-laki begitu lho, Na. Dia itu seribu satu adanya”.
Tak ada reaksi dariku, kakak sulungku melanjutkan pembicaraannya. “Percaya dech, kakak nggak sembarang pilih jodoh buat kamu. Kakak juga mendapat informasi akurat dari orang yang bisa kakak percaya selama ini. Orangnya, body dan wajahnya boleh juga lho… kamu nolak,pasti menyesa!” Lagi-lagi tawa kakakku pecah di ujung telepon. Telingaku terasa panas dan berdengung, aku tersenyum. Hatiku begitu ringan berbunga-bunga. Tanpa menunggu jawabanku Mas Eko menutuo telepon.
Sebulan kemudian, Mas Eko dan Mas Dwi pulang ke Jawa. Mereka sengaja cuti untuk mendampingi pernikahanku dan menjadi wali nikahku. Hingga sepanjang akad nikah tak henti-hentinya aku menangis. Aku juga bersyukur, memiliki dua kakak yang menjagaku. Juga Bu Has yang selalu menasehatiku dan ternyata beliau juga yang menjadi “Informan” Mas Eko dan Mas Dwi. Beliau juga yang “mempromosikan” ku pada calon suamiku. Tahukah anda siapa yang menjadi suamiku? Ternyata ia adalah si “Pria Es” itu!!! Subhanallah. Delapan bulan ia menghilang ternyata ikut tes CPNS dan akhirnya ia lolos.
Saat teman pabrik kuundang, riuhlah mereka, begitu tahu ternyata suamiku adalah pria yang mereka perebutkan. Banyak cubitan di pipi kuterima, gemes kalah saing, katanya. Sejak menikah pula, aku keluar dari pabrik atas kesadaranku sendiri. Aku tahu hukum membuat rambut palsu dan sejenisnya dari buku hadiah suami. Bersamanya aku juga mulai hijrah, mengenal manhaj salaf hingga hari ini. Selain itu aku membuka konveksi kecil-kecilan di rumah untuk mengisi waktu luangku.
Kini kami telah dikaruniai tiga bocah yang lucu-lucu. Bu Has sudah berpulang setahun lalu. Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala membalas amal baiknya dan menjadikan keluarga kami senantiasa memperoleh sakinah mawaddah warrahmah (***)

Sebagaimana diceritakan oleh shahibul qishah kepada Ummu Daud
(diketik ulang dari majalah nikah sakinah volume 9 no 11)
-->

Kasih Sayang yang Dirindukan

Motivasi.Net - Anto adalah salah satu pegawai yang cukup sibuk yang bekerja untuk salah satu perusahaan swasta terkemuka, sehingga seringkali ia pulang kerja hingga larut malam. Suatu ketika Anto pulang kerja, ternyata Budi (anaknya) yang masih kelas 2 SD membukakan pintu untuknya, dan sepertinya Budi memang sengaja menunggu ayahnya tiba di rumah. “Kok kamu belum tidur?”, sapa Anto setelah mencium keningnya. Budi menjawab,“Aku memang sengaja menunggu ayah pulang karena aku ingin bertanya, berapa sih gaji ayah?”. “Lho, kok kamu nanya gaji ayah sih?”, “Nggak, Budi cuma mau tahu aja ayah..”, timpal Budi. Ayahnya pun menjawab, “Kamu hitung sendiri, setiap hari ayah bekerja 10 jam dan dibayar Rp.400.000, dan tiap bulan rata-rata ayah bekerja 25 hari. Hayoo.. jadi berapa gaji ayah dalam 1 bulan?”. Budi langsung bergegas mengambil pensilnya, sementara ayahnya melepas sepatu. Ketika Anto beranjak menuju kamar, Budi berlari mengikutinya.

Kemudian Budi menjawabnya, “Kalo 1 hari ayah dibayar Rp.400.000 untuk 10 jam, berarti 1 jam ayah digaji Rp.40.000 donk?”. “Pinter anak ayah sekarang ya.., sekarang kamu cuci kaki dan tidur ya”, jawab ayahnya. Tetapi, Budi tidak juga beranjak. Sambil memperhatikan ayahnya ganti pakaian, Budi kembali bertanya, “Ayah, boleh pinjam uang 5rb nggak?”. “Sudah, buat apa uang malam-malam begini?! Ayah capek, mau mandi dulu, sekarang kamu tidur!”, jawab ayahnya. Dengan wajah melas Budi menjawab, “Tapi ayah..”, ayahnya pun langsung menghardiknya, “Ayah bilang tidur!!”. Anak kecil itupun langsung berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Anto menyesali perbuatannya yang telah menghardik anaknya tersebut. Ia pun melihat kondisi anaknya tersebut. Dan ternyata, anak kesayangannya itu belum tidur. Ternyata Budi dilihatnya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000 di tangannya.

-->

Sambil berbaring dan mengelus kepala anaknya itu, Anto berkata, “Maafkan ayah ya nak. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kita beli ya. Jangankan minta 5rb, lebih dari itupun ayah kasih”. Budipun menjawab, “Ayah, aku nggak minta uang. Aku cuma mau minjem. Nanti aku kembalikan lagi setelah aku nabung minggu ini”. “Iya iya, tapi buat apa?”, tanya Budi dengan lembut. “Aku nunggu ayah dari jam 8 tadi, aku mau ngajak ayah main ular tangga. Cuma tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang, kalau waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ternyata cuma ada Rp.15.000. tapi, karena ayah bilang ayah tiap 1 jam ayah digaji Rp.40.000, jadi setengah jamnya ayah digaji Rp.20.000. Uang tabunganku kurang 5rb, jadi makanya aku mau pinjam uang ayah 5rb”, jawab Budi dengan polos. Anto pun terdiam, dan dipeluknya anak kecil itu erat-erat.. [the end]

Tulisan diatas membuat saya sangat terharu, ini sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita bahwa betapa banyak orang yang menanti kasih sayang kita, sesibuk apapun kita sempatkanlah walaupun hanya sekedar bertanya kabar kepada orang-orang yang mencintai kita. 
Senyum hangat untuk sobat semua.

source from : andyfebrian

Asbab Hidayah

Motivasi.Net - Setiap selesai sholat jum'at tiap pekannya, seorang imam (masjid) dan anaknya (yg berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku–buku islam, diantaranya buku at-thoriq ilal jannah (jalan menuju surga). Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam. 
***

Namun tibalah suatu hari, ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin. 

Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, aku telah siap" ayahnya menjawab : "Siap untuk apa?" , ia berkata: "Untuk membagikan buku (seperti biasanya)", sang ayahpun berucap: "Suhu sangat dingin diluar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur", sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan : "akan tetapi, sungguh banyak orang yang berjalan menuju neraka diluar sana dibawah guyuran hujan".
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata: "Namun ayah tidak akan keluar dengan cuaca seperti ini", akhirnya anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri. Sang ayah berpikir sejenak dan akhirnya memberikan izin. Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: "terimakasih wahai ayahku".
***

Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membawa buku-buku itu yang telah dibungkusnya oleh skantong plastik ukuran sedang agar tdk basah terkena air hujan, lalu ia membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
***

Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya. Namun sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah disebrang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.

Sesampainya di depan rumah, ia pun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.

Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih. Nenek berkata: "ada yang bisa saya bantu nak?" Si anak berkata (dg mata yg berkilau dan senyuman yang menerangi dunia): "Saya minta maaf jika mengganggu, akan tetapi saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di dalam nya dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan beberapa cara agar dapat memperoleh keridhoannya."
***

Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi. Terdengar sayup – sayup dr shaf perempuan seorang perempuan tua berkata:"Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun. Suamiku telah wafat dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini". 

Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu.
"Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup. Akupun naik ke atas kursi dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sdh kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir :"paling sebentar lagi juga pergi".
Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati: "siapa gerangan yang sudi mengunjungiku,… tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku".

Kulepaskan tali yang sdh siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu. ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali. Ia berkata: "Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan memperhatikan nyonya", lalu dia memberikan buku ini (buku jalan menuju surga) kepadaku.

Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba-tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari itu juga secara tiba2. Setelah menutup pintu aku langsung membaca buku dari malaikat kecilku itu sampai selesai. Seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat. Hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka."
***

Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung, masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir… Allahu akbar…
***

Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah. 
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.
***
Judul asli : قصة رائعة جدا ومعبرة ومؤثرة
Penerjemah : Shiddiq Al-Bonjowiy

____________________
Note: Mari terus sebarkan kebaikan. Kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yg mendapatkan hidayah dengan sedikit langkah yg kita lakukan...

Sayangi Mereka, Mereka Saudara Kita


Motivasi.Net - Mereka jarang tersenyum bukan karena mereka enggan untuk tersenyum. Tapi hidup dan waktu seolah menuntut mereka untuk menghabiskan sebagian besar kehidupan untuk bekerja keras sehingga terkadang mereka lupa bahwa ada waktu untuk tersenyum. Seolah dunia begitu keras menuntut mereka hingga mereka lupa untuk tertawa. Lihatlah teman….bahkan mereka tidak punya waktu untuk tersenyum. Apa mereka lupa cara tersenyum? Atau karena mereka tak pernah menerima senyuman, makanya mereka tak tahu lagi bagaimana caranya tersenyum?


Terkadang aku melihat dunia memang terlalu keras pada mereka. Bukan dunia sebagai objek, tapi dunia dengan manusianya. Bagaimana jika sesekali kita tidak menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah? Kenapa kita tak meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan mereka? Jika tak mau atau tak mampu membantu mereka dengan materi, tidak ada salahnya juga kita menghargai mereka dengan sebuah senyuman ikhlas dari wajah kita. Bukankah mereka juga saudara kita???

Kisah Nyata Pemberi Motivasi


Motivasi.Net - Bersyukurlah karena terlahir sempurna. Bersyukurlah karena Tuhan masih memberikan kita kesehatan hingga hari ini. Bersyukurlah karena kita masih bisa makan dengan nasi hari ini. Bersyukurlah karena kita masih bisa dipertemukan dengan orang-orang yang kita kasihi, dan bersyukurlah untuk apapun yang telah didapatkan.
Beberapa kisah nyata di bawah ini cukup memberikan kita pelajaran mengenai betapa pentingnya bersyukur. Betapa penderitaan yang kita alami tidak seberapa  dibandingkan  dengan penderitaan yang mereka alamiSebuah kisah nyata yang memilukan sekaligus dapat memberikan motivasi. Mengingatkan kita bahwa apapun bisa terjadi jika Tuhan berkehendak.

Kisah Nyata Seorang Gadis yang Tidak Bisa Tersenyum Seumur Hidupnya

Dia adalah seorang gadis remaja berusia 14 tahun,  Di usia yang lumrahnya diisi dengan berbagai ekspresi, Hayley hanya bisa terdiam. Bukan karena dia tidak mau tersenyum, bukan karena ia tidak mau mengeluarkan ekspresi, tapi keadaan lah yang membuatnya menjadi seorang pribadi tanpa ekspresi.
Hayley mengidap sebuah kelainan genetik yang terbilang langka. Kelainan itu memaksanya kehilangan berbagai ekspresi yang bisa ditunjukkan wajah cantiknya. Dokter mengatakan bahwa Hayley tidak mempunyai saraf vital di wajahnya yang dapat mengatur berbagai ekspresi. Sebuah kelainan genetik bernama Sindroma Moebius.


Hayley Harbottle
Penderita kelainan ini tidak mempunyai saraf kranial keenam dan ketujuh yang berperan sebagai pengontrol ekspresi wajah. Hal itu bahkan mengakibatkan penderitanya tidak bisa berkedip.
Hayley mengidap kelainan ini semenjak dilahirkan. Betapa sedih hati seorang Ibu melihat keadaan seperti itu terjadi pada anaknya. Jane, adalah seorang ibu yang tegar. Ia mengatakan bahwa melihat Hayley tersenyum untuk sehari saja itu adalah anugerah terbesar dalam hidupnya.

Kisah Nyata Seorang Anak yang Hidupnya Dihabiskan dalam Gelembung

Manusia pilihan Tuhan lainnya adalah David Vetter. Ia dipilih Tuhan sebagai pembelajaran bagi makhluk lainnya tentang arti bersyukur. Ia terlahir dengan kelainan genetik. Sebuah kelainan yang dalam istilah kedokteran dikenal dengan cacat Timus.
Yaitu, penyakit yang mengganggu sistem kekebalan dalam tubuh akibat kelainan genetik bawaan. Itulah sebabnya, begitu dilahirkan David harus langsung dimasukkan ke dalam gelembung yang steril.
Hanya 10 jam setelah dilahirkan, David kemudian dimasukkan dalam sebuah gelembung. Bahkan ibunya, tidak pernah menyentuh David. Gelembung tempat tinggal David sudah dilengkapi dengan berbagai perlengkapan, seperti tempat tidur dan televisi. Namun tetap saja hal itu tidak bisa membuat David senang. David ingin bermain, berlari berlari di alam bebas.

David Vetter
Menginjak dewasa, dokter memutuskan untuk melakukan operasi cangkok sumsum tulang belakang pada David. Meskipun sebenarnya sumsum tulang belakang yang didonorkan tidak cocok dengan David. Beberapa bulan setelah operasi.
David jatuh sakit. Sebuah penyakit yang sebenarnya sederhana bagi orang normal, David menderita diare, demam, dan mimisan. Namun ketiga penyakit sederhana itu sangat tidak sederhana bagi David.
Untuk menyembuhkan David dari penyakitnya, tim dokter memutuskan untuk mengeluarkan David dari gelembung. David pun dikeluarkan dari gelembung. Sesaat setelah dikeluarkan keadaan David tambah memburuk. David koma. Pada saat dikeluarkan dari gelembung itulah ibu David berhasil memegang David untuk pertama dan terakhir kalinya. David mampu bertahan hidup dalam gelembung selama 14 tahun.

Kisah Nyata Balita 3 Tahun Merawat Ayahnya yang Lumpuh

Malaikat kecil ini bernama Dong Xinyi. Seorang gadis cilik dari China. Di umurnya yang masih balita dan masih membutuhkan perawatan dari kedua orang tuanya, Dong Xinyi justru merawat sang ayah yang lumpuh karena kecelakaan.

Dong Xinyi
Lelaki itu adalah Dong Jian. Ia mengalami sebuah kecelakaan yang membuatnya menjadi lumpuh. Istrinya pergi meninggalkan Dong Jian dengan Dong Xinyi. Mereka hidup sangat sederhana. Dong Xinyi benar-benar malaikat kecil bagi Dong Jian. Putrinya tersebut dengan sabar merawat ayahnya yang tidak bisa bergerak.

Dong Xinyi
Setiap harinya, Dong Xinyi menyiapkan berbagai keperluan untuk ayahnya. Dong Xinyi menyiapkan air untuk mandi ayahnya, memasakkan makanan, serta menyeka dan membersihkan kotoran ayahnya.

Semoga kisah diatas menjadikan kita renungan senantiasa tetap selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan dari Allah SWT. Semoga Bermanfaat !!!


Source : formaga.com

Sebuah Pelajaran Berharga dari Seorang Pengemis

Cerita Inspiratif "Sebuah Pelajaran Berharga dari Seorang Pengemis"

Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum
Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.” Ada seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak. Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. 
-->

Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu. Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.” Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.” 

Pelajaran dari Karpet

Cerita Inspiratif  " Pelajaran dari Karpet "

Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"

Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.”

“Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya

"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut
pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif,

salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR;

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan,
karena itu
artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV,
karena itu
artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu
artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk Tagihan kartu kredit yang cukup besar,
karena itu
artinya saya harus bekerja untuk bayar cicilan

5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan,
karena itu
artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan,
karena itu
artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu
artinya saya masih mampu bekerja keras

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah,
karena itu
artinya masih ada kebebasan berpendapat

9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya,
karena itu
artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk dst...
So,, berpositiflah dalam segala apa yang terjadi pada kehidupan kita...
Maka kebahagiaan yang sangat luar biasa balasan yang pantas anda dapatkan...

Think Positively,
Don't Think Negatively.

Belajar Dari Pensil

Cerita Inspiratif  " Belajar Dari Pensil "
Melihat Neneknya sedang asyik menulis Adi bertanya, "Nenek sedang menulis apa?"

Mendengar pertanyaan cucunya, sang Nenek berhenti menulis lalu berkata, "Adi cucuku, sebenarnya nenek sedang menulis tentang Adi. Namun ada yang lebih penting dari isi tulisan Nenek ini, yaitu pensil yang sedang Nenek pakai. Nenek berharap Adi dapat menjadi seperti pensil ini ketika besar nanti."

"Apa maksud Nenek bahwa Adi harus dapat menjadi seperti sebuah pensil? Lagipula sepertinya pensil itu biasa saja, sama seperti pensil lainnya," jawab Adi dengan bingung.

Nenek tersenyum bijak dan menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana Adi melihat pensil ini. Tahukah kau, Adi, bahwa sebenarnya pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup."

"Apakah Nenek bisa menjelaskan lebih detil lagi padaku?" pinta Adi

"Tentu saja Adi," jawab Nenek dengan penuh kasih
-->


"Kualitas pertama, pensil dapat mengingatkanmu bahwa kau bisa melakukan hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kau jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkahmu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil yang kita pakai. Rautan itu pasti akan membuat pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil itu akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga denganmu, dalam hidup ini kau harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga Adi, kau harus sadar kalau apapun yang kau perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".




"Nah, bagaimana Adi? Apakah kau mengerti apa yang Nenek sampaikan?"

"Mengerti Nek, Adi bangga punya Nenek hebat dan bijak sepertimu."

Begitu banyak hal dalam kehidupan kita yang ternyata mengandung filosofi kehidupan dan menyimpan nilai-nilai yang berguna bagi kita. Semoga memberikan manfaat.

source : http://another-reni.blogspot.com

Cinta Seekor Burung



Cerita Inspiratif "Cinta Seekor Burung"

Suatu hari burung jatuh cinta pada mawar putih, sang burung pun berusaha mengungkapkan perasaannya, tapi mawar putih berkata "aq takkan bisa mencintaimu"
mendengar jawaban sang mawar pujaan hatinya, burung pun tak menyerah, tiap hari dia datang untuk menemui mawar putih, hingga suatu ketika mawar pun perkata "aq akan mencintaimu, jika kamu dapat mengubahku menjadi mawar merah"...
Burung mencari berbagai cara untuk memenuhi keinginan sang mawar putih, hari berganti hari, bulan berganti bulan, sang burung elum menemukan caranya untuk mengabulkan keinginan si Mawar.
Namun, karena begitu besarnya cinta Burung kepada si Mawar, akhirnya suatu pagi sang burung datang kepada Mawar dan memotong sebelah sayapnya yang kemudian menebarkan darahnya pada mawar putih. sehingga mawar putih berubah menjadi mawar merah. Tapi setelah kejadian itu, sang burung pun mati.
Akhirnya, setelah kejadian itu mawar sadar seberapa besar sang burung mencintai dirinya. Tapi semua terlambat, karena burung tak kan kembali lagi. Jadi hargailah siapapun yang mencintaimu, sebelum dia pergi untuk meninggalkanmu selamanya.

Cintaku Tulus Padamu...

Cerita Inspiratif  " Cintaku Tulus Padamu... "
 Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan.Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32
tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari sinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke-empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya  menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
-->

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat  berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang. 
“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*…
kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya
Kisah Paling Menyedihkan


Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis”
Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.


-->