Kisah Islami - " Abu Dzar - Sosok yang menjauhi nikmat dunia "
Abu Dzar r.a adalah sosok bagi para penikmat hidup tidak dengan
bergelimang harta. Dia adalah seorang sahabat Nabi yang ingin sekali
menjadi orang beriman yang paling dekat posisinya dengan Rasulullah SAW
di yaumil hisab kelak. Sifat yang begitu sangat menjauhi dunia ini
adalah sebagai bukti kecintaan dan kesungguhannya dalam mengikuti jejak
kekasihnya yaitu Rasulullah SAW. Nabi pernah bersabda “Orang
yang paling dekat diantara kalian dariku di hari kiamat, adalah yang
keadaan hidupnya ketika meninggal dunia, seperti keadaannya ketika aku
meninggalkannya untuk mati”. HR. Ibnu Sa’ad.
Abu Dzar r.a sering mengingatkan orang orang yang sudah mulai
berusaha meninggikan bangunan rumahnya. Sudah mulai melebarkan area
ternak kambing dan untanya. Atau bila ada sahabatnya yang sudah duduk
memangku jabatan di pemerintahan maka ia akan berusaha menjauh dan
enggan duduk berlama lama dengan mereka. Hal ini memang nampaknya aneh
dan berlebihan tapi inilah jalan hidup yang dipegang kokoh oleh Abu Dzar
hingga akhir hayatnya.
Pernah suatu hari Abu Dzar r.a mendatangi satu halaqah terdiri dari
orang orang Quraisy yang sedang membuat sebuah majelis di dekat masjid
di Kota Madinah. Abu Dzar datang dengan penampilan yang wajahnya menunjukkan kesengsaraan hidup , dibalut dengan pakaian yang compang camping, rambut yang lebat dan badan yang kurus. Ketika sudah ada hadapan orang orang maka ia berkata “Berilah
kabar gembira bagi orang-orang yang menyimpan kelebihan hartanya,
dengan ancaman adzab Allah berupa dihimpit batu yang amat panas karena
batu itu dibakar diatas api, dan batu itu pun diletakkan di dadanya
sehingga sampai tenggelam padanya sehingga batu panas itu keluar dari
pundaknya. Dan juga diletakkan batu panas itu di tulang pundaknya
sehingga keluar di dadanya, demikian terus sehingga batu panas itu naik
turun antara dada dan tulang pundaknya.”
Tak ada satu orangpun yang berani unjuk suara dan mereka
hanya menundukkan kepala. Nampak pula diwajah orang orang tersebut
perasaan tidak suka dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Abu Dzar
r.a. merasa tidak mendapat tanggapan maka Abu Dzar beranjak pergi dan
duduk menyendiri sambil terus membasahi lidahnya dengan berzikir ,meski
orang orang tidak suka dengan ucapan Abu Dzar tapi mereka tidak berani
mencelanya karena orang orang Madinah mengetahui dengan pasti kedudukan
Abu Dzar r.a dimata Rasulullah SAW. mereka tidak mau sembarangan berucap
kepada Sahabat yang terkenal zuhud dan wara’ ini.
Tiba tiba datang seseorang mendekati Abu Dzar yang duduk
menyendiri dan mengucapkan salam, sahabat Nabi inipun menjawab salam.
Orang itu berkata “Aku melihat, mereka yang duduk di halaqah itu tidak
suka dengan apa yang engkau ucapkan. “ ,Abu Dzarpun menjawab” Mereka itu
adalah orang-orang yang tidak mengerti sama sekali. Sesungguhnya
kekasihku Abul Qasim pernah memanggil aku dan akupun segera memenuhi
panggilan beliau. Maka beliaupun menyatakan kepadaku Engkau lihat
gunung Uhud itu ?”
Aku melihat gunung itu dalam keadaan diterpa oleh sinar matahari pada punggungnya, dan aku menyangka beliau akan menyuruh aku untuk suatu keperluan padanya. Maka aku menjawab pertanyaan beliau : “Aku melihatnya.” Kemudian beliaupun bersabda “Tidaklah akan menyenangkan aku kalau seandainya aku punya emas sebesar itu, kecuali bila aku shodaqahkan semuanya sehingga tidak tersisa daripadanya kecuali tiga dinar (untuk keperluanku)”.
Selanjutnya Abu Dzar menyatakan “Tetapi kemudian mereka itu
kenyataannya selalu mengumpulkan dunia, mereka tidak mengerti sama
sekali”.
Kemudian orang yang mendekati Abu Dzar pun berkata” Ada apa
antara engkau dengan saudara-saudarmu dari kalangan orang-orang Quraisy.
Mengapa engkau tidak minta bantuan dari mereka sehingga engkau
mendapatkan sebagian harta mereka. Abu Dzar menjawab dengan tegas dan
lantang :”Tidak ! Demi Tuhanmu, aku tidak akan meminta dunia sedikitpun
kepada mereka dan aku tidak akan minta fatwa dari mereka tentang agama,
sehingga aku mati bergabung dengan Allah dan RasulNya”.
seharusnya kita harus menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.walau sebenarnya beribadah itu penting tapi kehidupan dunia juga harus ada.
BalasHapus@Ego Dafma Dasa: Mas Ego sobat yang berbahagia, jangan kita salah mengartikan sikap dan jalan hidup yang diambil oleh sahabat Abu Dzar ra. Beliau melakukan ini juga atas dasar dan perintah, Allah SWT tidak pernah melarang orang untuk melakukan hal yang seperti beliau lakukan, bahkan Rasulullah SAW klo seandainya dia mau, maka dia akan menjadi orang paling kaya ketika itu, tapi ini semua sebagai pelajaran berharga bagi kita, walaupun pada saat ini kita tidak mampu meniru mereka sepenuhnya... :-)
BalasHapus