Awalnya sedikit keberuntungan , selebihnya adalah Perjuangan, kemauan dan Kerja Keras..!
JALAN hidup orang memang tak ada yang tahu.Begitu pun Rastika. Lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) ini malah terjun ke dunia bisnis miniatur gitar,bidang usaha yang bertolak belakang dari citacita awalnya menjadi seorang pendidik.
Lelaki kelahiran 1 Mei 1970 ini merintis usahanya pada 1998, tepat pada saat krisis moneter menerpa. Bukan perkara mudah memulai usaha saat badai krisis, sudah begitu tanpa modal sepeser pun di tangan.Pada situasi ini keberuntungan menghampiri Rastika. Seorang pembeli asal Inggris memesan miniatur gitar miliknya sebanyak 100 buah. Pembeli itu langsung membayar tunai di depan. “Saya terima Rp900.000. Uang itulah yang saya jadikan modal,”kenang Rastika. Kebaikan hati sang pembeli yang oleh Rastika kerap disapa Mr Morgan itulah rupanya yang membuka jalan usahanya. Dari uang Rp900.000, perjalanan bisnis Rastika dimulai.
Diiringi kerja keras dan keuletan, usaha Rastika dengan bendera Base Aur Craft kini mencapai kejayaannya. Setelah 12 tahun berjalan, Base Aur Craft yang bermarkas di Indramayu, Jawa Barat mampu meraup omzet hingga Rp125 juta per bulan. Produksinya pun meningkat tajam. Dari awalnya yang hanya ratusan, Base Aur Craft saat ini telah mampu memproduksi hingga 2.500 buah miniatur gitar per bulan. Selain omzet dan jumlah produksi yang kian meningkat, usaha ayah dua anak tersebut juga makin berkembang. Base Aur Craft juga memproduksi miniatur alat musik lainnya misalnya drum. ”Doa dari keluarga dan semangat saya untuk dapat mandiri membuat usaha saya berkembang baik sekarang.
Ya, bisa dikatakan penghasilan saya telah mampu melewati penghasilan seorang guru yang menjadi cita-cita saya,” tutur Rastika. Tapi, jangan dikira apa yang diraih pria 40 tahun tersebut dilalui dengan mudah. Semuanya melewati liku-liku kehidupan dengan iringan perjuangan, pengorbanan, tekad bulat,dan kuat menghadapi cobaan.”Semua kegetiran hidup sudah saya alami sebelum sukses seperti sekarang,” aku Rastika. Awalnya pada 1994,Rastika hanyalah seorang buruh di sebuah usaha rumahan yang memproduksi miniatur alat musik gitar.Adalah salah seorang saudara Rastika yang mengajaknya bekerja di usaha miniatur gitar di daerah Bandung.
”Sebelumnya saya bekerja sebagai guru honorer.Tapi karena gaji gak cukup, hanya dibayar Rp15.000 per bulan,akhirnya saya memutuskan pindah kerja,” tutur Rastika. Perpindahan tersebut sebenarnya berat. Rastika harus meninggalkan keluarganya di Indramayu menuju Bandung. Cobaan yang dialami Rastika semakin bertambah ketika tahu bahwa dia baru menerima gaji dua bulan sekali.Per hari Rastika pun hanya mendapat upah Rp3.000. Dengan penghasilan yang paspasan, selama tiga bulan pertama Rastika mengaku hanya makan nasi dengan lauk ikan asin. ”Saya pun sempat sakit selama sebulan,”tuturnya.
Namun, cobaan itu tak membuatnya patah arang. Motivasi untuk membahagiakan keluarga dan mengubah nasib membuat Rastika tetap bersemangat.Dalam benaknya dia justru ingin tahu cara membuat miniatur gitar dari mulai pemilihan bahan, pengecatan, hingga penyelesaian akhir. Jerih payahnya tak sia-sia.Saat perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan karena salah manajemen, Rastika justru mendapatkan berkah. Sang pembeli yang selama ini menjadi langganan perusahaan tempatnya bekerja memintanya membuatkan 100 buah miniatur gitar. ”Mr Morgan nama sang pembeli yang saya ceritakan tadilah yang menjadi pembuka jalan usaha saya. Karenanya saya sangat menjaga hubungan baik dengan Mr Morgan sampai sekarang,”ungkapnya.
Melalui bantuan Mr Morgan pula hasil kerajinan miniatur gitar Base Aur Craft tiap bulan diekspor ke Inggris dan negara-negara lain seperti Italia, Yunani, hingga menembus pasar Amerika Serikat, selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Pada Oktober 2009, Base Aur Craft mendapat pesanan 3.330 miniatur gitar dan 100 set miniatur drum grup musik The Beatles. Untuk menjaga kualitas produknya, Rastika mengaku mempelajari literatur pendukung. Usahanya pun semakin mantap seiring bantuan modal dari Bank Negara Indonesia (BNI). Rastika mengaku awalnya dia mendapat bantuan modal Rp225 juta dari BNI.Pada 2009 kucuran modal BNI bertambah lagi ke usahanya, Rp125 juta.
Hingga sekarang total bantuan BNI yang sudah disalurkan kepada Rastika mencapai Rp500 juta. Selain itu, dia juga mendapatkan pelatihan dan diikutsertakan dalam kegiatan studi banding ke China.”Saya bersyukur telah mendapat bantuan kredit dari BNI. Tidak hanya dari segi permodalan, tetapi juga pelatihan-pelatihan. Itu penting bagi pengusaha kecil seperti saya,”kata Rastika. Jalan panjang mencapai kesuksesan yang dilalui Rastika membuatnya selalu mensyukuri apa yang sudah didapat.Wujud syukurnya dengan mempekerjakan anak anak putus sekolah di sekitar tempat tinggalnya. ”50 karyawan saya, 30 di antaranya karyawan tetap sebagian besar anak-anak di sekitar tempat tinggal yang putus sekolah,”ujar Rastika.(Sumber-Sindo)
Anda juga bisa lebih SUKSES..! Perjuangan dan Kerja Keras..! dengan kemauan bulat ! jangan hanya SETENGAH HATI…
Posting Komentar