Postingan kali ini langsung membicakaran mengenai karir kita, termasuk karir di bisnis internet. Jadi yang 100% bekerja di dunia online menjalani bisnis pribadi juga boleh nimbrung.
Jalur Biru
Selama ini siklus karir yang lazim diikuti dan selalu disarankan oleh para orang tua adalah jalur Biru seperti pada gambar sklus karir di bawah ini.
Anak muda yang lulus kuliah, berapapun index prestasinya cenderung untuk mencari pekerjaan. Buat kebanyakan orang, ini adalah fase yang teramat berat perjuangannya, dapat memakan waktu beberapa bulan bahkan sampai beberpa tahun. Meski tak jarang untuk sebagian orang hanya memerlukan beberapa bulan saja, bahkan cukup dalam hitungan minggu.
Pada tahun ke-2 bekerja, anak muda ini kemudian menjadi ayah muda. Untuk beberapa orang tertentu ia adalah seorang ayah yang dapat memberi pendidikan berkualitas bagi anak-anaknya, tambahan ketrampilan (kursus tambahan), memberi pakaian sangat bagus, makanan bergizi, jaminan kesehatan, uang jajan yang banyak banged, juga dapat memberikan rekreasi keluar negeri pada saat liburan sekolah (mungkin fasilitas ini lebih banyak diberikan oleh para pengusaha untuk anak-anak dan istrinya).
Akan tetapi untuk kebanyakan ayah muda, semua fasilitas diatas terpaksa dipangkas karena kendala penghasilan yang tidak memadai (kasihan istri dan anak-anak ya…). Semakin besar kebutuhan dengan semakin besarnya anak-anak mereka, sampai suatu ketika kebutuhan melebihi besarnya pendapatan (cashflow mulai goyang nih…). Ketika tempat ia bekerja tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan, ayah agak tua (bukan ayah muda lagi) mulai mencari-cari sumber pendapan lain (tapi masih tetap bekerja menjadi Karyawan…, nyambi : bisnis di internet dll). Boleh jadi perkejaan mulai sedikit terganggu…. (kasihan kantor ya…).
Bisnis
Tidak bisa tidak, bisnis ini harus berhasil sehingga dapat mengimbangi kebutuhan yang semakin meningkat (para karyawan…, yuk kita persiapkan bisnis dengan matang). Bayangkan kalau bisnisnya gagal…, sudah dipastikan setiap bulan selalu defisit sehingga harus rela melepas asset satu persatu (kalau punya..hehe…) untuk menutupi selisih anggaran keluarga. Jadi jelas ya…, bisnis ini kudu berhasil! Bisnis apapun yang dijalani saat ini (asalkan halal ya…), dilarang gagal! Ini untuk kebahagiaan istri dan anak-anak, juga ortu, mertua, tetangga, anak yatim, fakir, pembantu, bangunan ibadah, rekening zakat, anak-anak jalanan dst.
Suatu ketika penghasilan dari bisnis akan melebihi gaji bahkan sampai beberapa kali lipat. Uang gaji sudah tidak dibutuhkan lagi sehingga mengambil keputusan resign dari perusahaan tempat bekerja. Inilah goal setting yang harus dibuat oleh para Karyawan. Yuk…., susun dengan matang, rapi, realistis, terukur, dan benar-benar goal setting ini dapat hadir di depan mata. Susun pula road mapnya sehingga bisnis bisa berjalan dengan baik. Siapkan jalan alternative kalau jalan yang sudah dibuat (road map) ternyata rusak karena banjir, longsor, atau terkena proyek pemerintah dll. Kawal goal setting dengan baik.
Kalau boleh memutar waktu ke belakang, saran buat para Karyawan adalah ambilah ”jalur orange” spt pada gambar diatas. Kalau sudah terlanjur jadi Karyawan yang ”tidak sukses” karirnya, maka saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyusun ulang rencana anda. Kenapa? Karena menjadi Karyawan adalah sekedar mengumpulkan modal untuk kemudian memulai bisnis pribadi, bukan untuk dijalani sepanjang hidup.
Jalur Orange Entrepreneur
Sekarang akan kita bicarakan mengenai jalur orange seperti yang telah saya janjikan minggu kemarin. (Angka-angka 1 s.d 5 dalam gambar diatas sebenarnya harus mendapat banyak penjelasan, tetapi karena keterbatas ruangan ini akan saya bahas pada postingan khusus pada kesempatan lain).
Sampai Kapan kudu Sekolah.
Tidak sedikit laporan menganai entrepreneur yang berhasil menekuni jalur orange tanpa mendapat pendidikan yang memadai. Mungkin keterbatasan yang melengkapi kehidupannya semasa kecil sehingga tidak sempat mengikuti pendidikan dasar dan menengah. Boleh jadi entrepreneur berhasil ini hanya lulusan SD atau SMP, tetapi asset yang dimiliki sekarang melebihi mereka yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Pendidikan formal tidak selalu berkorelasi dengan besarnya asset yang dimiliki di kemudian hari.
Jadi, kapan sekolah formal kudu disudahi? Sesuaikan saja dengan kondisi masing-masing individu. Yang dapat dijawab justru pertanyaan mengenai kapan sekolah bisnis harus dimulai? Ciputra menyarankan mulai enam tahun mereka kudu dibekali pendidikan mengenai bisnis….
Sekolah Bisnis dari Universitas Kehidupan Nyata
Ketika pengusaha ditanya kapan mereka mulai mengenal bisnis? Ia sering menceritakan kehidupan “susah” masa kecilnya ketika harusmembantu orang menjual ayam potong di pasar, atau mencari rumput untuk dijual kepada pemilik ternak (sapi, kambing dll), atau membantu orang tua melayani pelanggan warung nasi.
Tetapi ada pula perilaku bisnis yang memang tumbuh dimasa kecil (dan ini biasanya sangat mengesankan ketika dewasa) misalnya kegiatan membuat layang-layang dan menjual ke rekan-rekan sepermainannya. Perilaku bisnis masa kecil seperti ini biasanya merupakan “respon” terhadapat pendidikan hemat atau pengalaman hidup susah pada masa kecilnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pribadi seseorang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ketika dewasa, termasuk kesulitan finansial.
Jadi Saya Terlambat?
Tetapi ada pula perilaku bisnis yang memang tumbuh dimasa kecil (dan ini biasanya sangat mengesankan ketika dewasa) misalnya kegiatan membuat layang-layang dan menjual ke rekan-rekan sepermainannya. Perilaku bisnis masa kecil seperti ini biasanya merupakan “respon” terhadapat pendidikan hemat atau pengalaman hidup susah pada masa kecilnya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas pribadi seseorang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ketika dewasa, termasuk kesulitan finansial.
Jadi Saya Terlambat?
Untuk membangkitkan kembali semangat bisnis anda yang ingin meniti jalur orange, anda dapat menginventarisir pengalaman masa kecil anda satu per satu. Kegiatan inventarisir ini bermanfaat untuk memunculkan ide bisnis anda masa kini. Saya dulu detika SD sering membuat layang-layang, tapi saya tidak berani menerbangkannya sampai sangat tinggi seperti temen-teman yang lain. Alasannya sangat sepele, takut putus. Padahal stok laying-layang saya sangat banyak (tidak berani ambil risiko kehilangan laying-layang). Hal sederhana dan tidak masuk akal seperti ini sering dihadapi oleh pebisnis pemula, sehinga ia tidak berana memulai. Akibatnya, ia terus dalam kubangan menyengsarakan.
O-ya, karena stok layang-layang saya banyak dan saya tidak berani menerbangkannya, teman-teman SD saya sering membeli layang-layang saya. Kabar baiknya, saya memproduksi layang-layang lebih banyak lagi untuk saya jual. Tapi kegiatan “bisnis” ini berhenti ketika musim layang-layang berakhir karena saat itu saya belum tahu caranya mengantisipasi “masa krisis”, yaitu berakhirnya musim layang-layang (biasanya musim hujan).
Yuk, coba share pengalaman bisnis anda semasa ekcil di kolom komentar… atau pengalaman apapun yang terkait dengan pekerjaan atau profesi anda saat ini.
O-ya, karena stok layang-layang saya banyak dan saya tidak berani menerbangkannya, teman-teman SD saya sering membeli layang-layang saya. Kabar baiknya, saya memproduksi layang-layang lebih banyak lagi untuk saya jual. Tapi kegiatan “bisnis” ini berhenti ketika musim layang-layang berakhir karena saat itu saya belum tahu caranya mengantisipasi “masa krisis”, yaitu berakhirnya musim layang-layang (biasanya musim hujan).
Yuk, coba share pengalaman bisnis anda semasa ekcil di kolom komentar… atau pengalaman apapun yang terkait dengan pekerjaan atau profesi anda saat ini.
Posting Komentar