Pasar Mester di Jatinegara, Jakarta Timur, telah lama menjadi pusat jual beli beraneka ragam kebutuhan masyarakat Jakarta. Di pasar ini dijual berbagai barang, mulai dari perlengkapan sholat, suvenir pernikahan, hingga sayur mayur.
Satu lagi kebutuhan masyarakat yang melengkapi pasar ini, yaitu sentra penjualan alas kaki lokal dan impor. Sentra ini terletak di lantai dua gedung Jatinegara Trade Center (JTC). Secara umum, sentra ini memisahkan pedagang eceran dan grosir. Pedagang eceran berada di bagian depan sentra.
Begitu menyambangi sentra ini, Anda akan menemukan berbagai macam jenis dan merek sepatu maupun sandal untuk pria dan wanita. Ada sepatu kerja, sepatu olahraga, selop untuk pesta, hingga sandal murah meriah.
Lautan alas kaki ini tersusun rapi di rak-rak yang ada di dalam maupun di depan kios. Jika pengunjung sedang sepi, mudah saja Anda melenggang di gang-gang sempit antara satu kios dengan kios lainnya.
Tapi, jangan kesal kalau pengunjung sedang ramai-ramainya. Anda harus berdesak-desakan di antara para pengunjung lain yang kerap menghentikan langkah di depan sebuah kios dengan seenaknya. Entah tiba-tiba terpikat salah satu alas kaki di sebuah kios, atau malah adu urat dengan pedagang untuk menawar barang.
Sah-sah saja melakukan tawar-menawar di sentra penjualan alas kaki Pasar Mester ini. Justru inilah salah satu kelebihan sentra ini dibanding membeli alas kaki serupa yang sudah masuk pusat perbelanjaan.
Aling, pemilik toko sepatu dan sandal Karunia mengklaim, kualitas barang-barang dagangannya tak kalah dibandingkan dengan alas kaki yang dijajakan di mal-mal kelas menengah. "Malah di sini pilihannya lebih banyak," ujarnya setengah berpromosi.
Para penjual alas kaki di sentra ini ada yang khusus menjual barang impor, hanya barang lokal, atau kombinasi antara keduanya. Aling mengaku lebih banyak menjual produk lokal daripada impor. Komposisinya sekitar 60% produk lokal dan 40% produk impor. Dia mengambil opsi ini lantaran menjual alas kaki secara eceran. "Di sini memang lebih banyak penjual alas kaki eceran," kata Aling.
Beda lagi dengan toko Citra Bunda, milik Nano Kantiono, yang hanya menjual alas kaki lokal. Nano memajang sekitar 200 pasang alas kaki di kiosnya. "Plus stok, ada sekitar 300 pasang alas kaki," ujar Nano.
Nah, jika ingin membeli alas kaki partai besar atau grosiran, masuklah lebih dalam ke sentra ini. Para pedagang grosiran memiliki kios yang lebih besar namun agak kurang pencahayaan.
Nano menceritakan, sentra penjualan alas kaki grosiran di JTC ini sudah berumur lebih dari 20 tahun. Sekitar empat tahun lalu, baru muncul sentra pedagang eceran. Nano memprediksi, total kios di sentra ini ada sekitar 200 unit.
Ukuran luas kios di sini relatif sama, yakni sekitar 3 x 4 meter. Tidak ada pembatas khusus yang membatasi kios yang satu dengan sebelahnya. Hanya cara penataan sepatu yang menimbulkan kesan pembatas kios. "Di sini biaya sewanya sebesar Rp 15 juta per dua tahun," ujar Aling.
Omzet Tergerus karena Persaingan
Jangan pernah membayangkan kondisi sentra penjualan alas kaki di gedung Jatinegara Trade Center (JTC), Pasar Mester Jatinegara, senyaman ketika menyambangi pusat perbelanjaan. Anda tidak akan menemukan ruangan yang sejuk berkat penyejuk ruangan yang berfungsi optimal.
Anda juga tidak bisa memanjakan mata dengan melihat pemandangan tatanan alas kaki yang memukau dengan pancaran efek tata cahaya. Sentra penjualan alas kaki di lantai dua Gedung JTC ini lebih mirip pasar tradisional daripada sentra perdagangan layaknya pusat perdagangan lain yang menjamur di berbagai sudut Ibukota.
Belum lagi jika melihat sistem pencahayaan gedung yang terlihat seadanya. Malah, pantas juga bila Anda menyebut keadaan sentra ini remang-remang.
Barangkali penyebabnya adalah sistem ventilasi yang kurang mendukung. Selain itu, begitu padatnya pedagang yang menyesaki sentra ini semakin membuat suasana gedung ini pengap.
Padahal, sentra tempat jualan alas kaki yang melayani pembelian eceran ini dilengkapi oleh fasilitas penyejuk ruangan. "Kalau ruangan untuk para pedagang grosir di sebelah itu baru tidak ada penyejuk ruangannya," ujar Aling, pemilik toko sepatu dan sandal Karunia.
Toh, lokasi yang tidak begitu nyaman tak menyurutkan para pengunjung menyesaki sentra alas kaki ini. Maklum, harga jual alas kaki di tempat ini benar-benar miring.
Apalagi jika Anda jago menawar. Harga alas kaki dari pabrik, yang biasanya sudah harga mati, masih bisa kena potongan harga yang lumayan. Misalnya saja, sandal eceran buatan industri rumahan yang berasal dari Bogor. Harga sandal ini hanya Rp 25.000–Rp 35.000 per pasang.
Adapun harga sandal eceran buatan pabrik lokal harganya sekitar Rp 65.000–Rp 100.000 per pasang. "Harga itu masih bisa kena diskon. Kami tidak bisa menahan harga tinggi karena ketatnya persaingan," ujar Aling.
Persaingan harga di antara sesama pedagang alas kaki di sentra ini memang sangat terasa. Aling berkisah, sekitar dua tahun lalu dia masih bisa menjual alas kaki impor dari China yang berkualitas bagus dengan harga sampai di atas Rp 200.000 per pasang. Meski harga tinggi, peminatnya masih membeludak.
Waktu itu pedagang eceran di sentra ini masih sedikit. Jadi, Aling berani menjual alas kaki dengan harga tinggi. Tapi, sekarang, setelah daya beli masyarakat menurun lantaran krisis ekonomi global menerjang, Aling tidak berani lagi memasok alas kaki impor yang berkualitas bagus.
Paling-paling dia hanya berani menjual alas kaki impor dengan harga berkisar Rp 135.000–Rp 185.000 per pasang. "Penentuan harga tergantung dari merek dan modelnya," kata Aling.
Alhasil, toko alas kakinya yang baru berusia dua tahun ini belakangan hanya mampu mencetak omzet sekitar Rp 25 juta per bulan. Padahal, ketika awal buka, ia bisa meraih omzet sekitar Rp 40 juta per bulan.
Begitupun dengan omzet Nano Kantiono, pemilik toko sepatu dan sandal Citra Bunda. Omzetnya saat ini paling banter sekitar Rp 1 juta per hari. Padahal, sebelum permintaan pasar menurun, omzetnya bisa mencapai Rp 4 juta per hari.
Gembira Menanti Datangnya Hari Libur
Suasana sentra penjualan alas kaki di Gedung Jatinegara Trade Center (JTC), Pasar Mester, Jatinegara, Jakarta Timur memang tidak begitu nyaman. Tapi bukan berarti tempat ini tidak layak Anda kunjungi.
Sentra ini menjadi surga bagi para pedagang alas kaki dari seluruh penjuru Jakarta. Mereka datang ke tempat ini untuk membeli berkarung-karung alas kaki untuk dijual kembali.
Salah satu pengunjung rutin sentra ini adalah Yahdi Larusdi, pedagang kelontong di daerah Pondok Gede, Bekasi. Yahdi sudah memiliki beberapa toko grosir langganan untuk membeli alas kaki untuk dia jual kembali secara eceran.
Yahdi biasanya mangkal di Pasar Auri, Pondok Gede, untuk berjualan alas kaki dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Dia menggunakan mobil pick up untuk menjual barang-barang dagangannya itu. "Kadang saya keliling ke perumahan," kata Yahdi.
Dalam seminggu, Yahdi bisa menyambangi sentra ini hingga tiga kali. Dia bisa membeli berkodi-kodi alas kaki tiap kali datang ke sentra ini. Setiap kali berbelanja, dia bisa menghabiskan duit sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta.
Saat ini, sandal karet untuk pria adalah alas kaki yang paling banyak terjual. Sepasang sandal itu ia jual sekitar Rp 15.000 per pasang. Dengan harga pokok pembelian Rp 140.000 untuk 20 pasang alias Rp 7.000 per pasang, keuntungan yang dia peroleh bisa lebih dari 100%. "Saya bisa untung besar kalau berbelanja di sini. Harga jual grosirnya murah," kata Yahdi.
Para pedagang eceran yang berjualan di sentra ini juga mencecap margin yang lumayan. Nano Kantiono, pemilik toko Citra Bunda, mengaku bisa mendapat margin sekitar 25% dari penjualan sepasang alas kaki. Tiap hari, dia menjual 15-20 pasang alas kaki.
Akhir pekan adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh para pedagang eceran alas kaki di sentra ini. Sebab, pekan itu, pengunjung biasanya lebih banyak dan penjualan mereka akan meningkat.
Aling, pemilik toko alas kaki Karunia, mengatakan, bisa menjual 25 pasang alas kaki ketika akhir pekan tiba. "Kalau hari biasa hanya laku sekitar 10 pasang alas kaki," kata Aling.
Tak hanya akhir pekan, pedagang di sentra ini juga panen raya saat musim libur sekolah. Pada waktu itu, banyak ibu yang ingin membelikan sepatu baru bagi anaknya. Itulah waktunya para pedagang alas kaki di sentra ini mengeruk untung.
Yahdi mengaku tiap liburan sekolah omzetnya melesat berkali-kali lipat. Jika biasanya dia hanya bisa menjual 20 alas kaki per hari, ketika libur sekolah dia bisa menjual sepatu sekolah anak hingga 100 unit per hari. "Omzet per hari bisa sampai Rp 7 juta," kata Yahdi.
Menariknya, para pedagang alas kaki eceran di sentra ini mengambil barang dagangannya dari pedagang grosir yang hanya terpisah tembok ini. "Jadi, sewaktu-waktu ada barang baru, saya langsung ke sebelah," ujar Aling.
Nah, sekadar saran bila ingin berlama-lama belanja di sentra ini: jangan datang terlalu siang. Sebab, pukul empat sore para pedagang sudah menutup kios. Waktu yang paling ideal datang ke sini sekitar pukul 10 pagi, setelah para pedagang selesai menyiapkan kiosnya satu jam sebelumnya.
Posting Komentar