Indahnya Hidup Seorang Abu Hanifah

Seperti biasa Abu Hanifah berangkat ke pasar. Menggerakkan bisnisnya. Berdagang kain dan pakaian. Itu sudah ia jalani dalam berbilang tahun. Abu Hanifah menjadi seorang pengusaha sukses dalam usianya yang masih sangat muda. Hari itu dalam perjalanannya, Asy Sya’bi, salah satu ulama besar di masa itu memanggilnya “Siapa yang hendak kau tuju ?” Tanya Asy Sya’bi. “Aku pergi ke pasar”, jawab Abu Hanifah. “Maksudku bukan itu, tapi siapa dari para Ulama yang biasa engkau pergi berguru kepadanya?” “Tidak, aku tidak pergi ke para ulama, aku pergi berdagang ke pasar” jawab Abu Hanifah lagi. “Jangan seperti itu. Engkau harus mendalami ilmu dan berguru kepada para ulama. Sungguh aku melihat di dalam dirimu ada jiwa yang hidup dan bergerak” Mendengar nasihat itu, Abu Hanifah sangat tersentuh hatinya. Maka sejak saat itu, ia pun muali mendalami ilmu dan berguru kepada para ulama di masa itu. Abu Hanifah memutuskan untuk belajar dan menimba ilmu kepada Hamad bin Sulaiman. Ia berguru kepadanya dan terus bermulazamah selama delapan belas tahun penuh. Belajar ilmu yang luas, utamanya ilmu fiqih. Gurunya mendapati Abu Hanifah benar-benar seorang murid yang cerdas, memiliki pemahaman yang kuat, mempunyai hafalan yang melekat serta unggul jauh disbanding teman-teman yang lain. Maka Hamad, sang guru berkata “Tidak boleh ada yang duduk di barisan paling depan kecuali Abu Hanifah”. Pada sepuluh tahun pertamanya, Abu Hanifah sempat ingin berhenti meninggalkan gurunya. Ia ingin membuat majelis sendiri. Abu Hanifah berkata “Suatu malam aku pergi ke masjid guruku. Aku memutuskan untuk meninggalkan majelis guruku. Tapi begitu memasuki masjid, hatiku enggan untuk meninggalkannya. Aku pun duduk bersamanya. Pada malam itu ada berita duka dari kerabat guruku,bahwa ada keluarganya di Basrah yang meninggal dan memiliki harta warisan tetapi tidak ada keluarga yang mengurusinya.Maka guruku memerintahkan aku untuk duduk menggantikannya dalam majelisnya.” Maka pada malam itu Abu Hanifah duduk sebagai guru,di majelis gurunya,menggantikan Hamad.Sebuah posisi yang semula ia inginkan dengan cara membuat majelis sendiri dan menjadi guru sendiri secara terpisah.Maka Abu Hanifah pun menjawab berbagai pertanyaan,memberi fatwa.Usianya kala itu tiga puluh tahun.Selama ditinggal gurunya,Abu Hanifah mengakui ada banyak masalah baru yang sebelumnya tidak pernah ia dengar.Ia selalu menulis permasalahan itu sekaligus menulis pula jawabannya sesuai yang ia yakini.Gurunya harus pergi ke Basrah selama dua bulan.Setelah kembali,Abu Hanifah menyodorkan catatannya tentang masalah-masalah baru dan jawabannya.Jumlahnya mencapai enam puluh masalah.Gurunya sependapat dengan empat puluh dan berbeda jawaban dengan Abu Hanifah untuk dua puluh sisanya.
Maka,sejak itu Abu Hanifah tidak pernah lagi meninggalkan majelis gurunya hinggah gurunya wafat delapan puluh tahun kemudian.Setelah delapan belasa berguru dan menemani gurunya,Abu Hanifah sangat merasakan hari-hari yang indah dalam umurnya.Setelah gurunya wafat,Abu Hanifah sangat merasa kehilangan.Karenanya ia selalu mengingatnya,mencintainya.Tidaklah ia berdo’a ntuk kedua orang tuanya memohon ampunan,kecuali ia pasti juga mendo’akan hal yang sama untuk gurunya,Hamad.Tidaklah ia menyebut kebaikan kedua orang tuanya,kecuali ia juga akan menyebut kebaikan gurunya,Hamad.Itu adalah saat-sat indah dan sangat berkesan dari keseluruhan hidup Abu Hanifah. Tak berlebihan bila menurut Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad,Abu Hanifah digambarkan sebagai seorang lelaki yang faqih,sangat menguasai fiqih,terkenal kehati-hatiannya.Hartanya sangat melimpah,banyak memberi kepada siapa yang dating.Sabar dalam mengajarkan ilmu siang dan malam.Perilakunya menawan,banyak diam dan sedikit bicara.Sangat pandai dalam menunjukkan mana yang benar dan menjauh dari harta penguasa.Apa yang kita kenang dari Abu Hanifah adalah akumulasi dari keseluruhan hidupnya yang telah ia bangun dengan sangat sungguh-sungguh.Akumulasi dari saat-saat indah dari umur dan hidupnya.


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar