Saat pertama kali Masjid Bashrah libur sholat

Seorang Arab pernah bertanya kepada penduduk Bashrah,”Siapakah pemimpin kalian?”. Penduduk Bashrah menjawab,”Pemimpin kami adalah Imam Hasan Bashri”. Orang Arab kembali bertanya,”Kenapa ia bisa menjadi pemimpin kalian?”. Maka dijawab,” Karena kami memerlukan keutamaan ilmunya sedangkan ia tidak memerlukan harta kami”. Ulama tabi’in yang mulia ini hidup ditengah tengah rumah tangga Ummul mukminin Ummu Salamah r.a. Karena ibu kandungya menjadi budak Ummu Salamah r.a. Bahkan nama beliau yaitu Hasan adalah pemberian langsung dari Ummu Salamah r.a. 


Umur remaja Imam Hasan Bashri hijrah ke Bashrah Iraq dan belajar ilmu kepada Sahabat Abdullah bin Abbas r.a. Darinya dia belajat tafsir, hadits dan qiraa`at kepadanya, juga fiqih, bahasa, sastra dan lain-lainnya baik kepadanya ataupun kepada ulama selainnya. Imam Hasan Bashri seorang yang zuhud, wara, taqwa,tsiqoh dan ahli ibadah. Sifat sifat yang mulia ini beliau pelajari langsung dari Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Bila beliau hadir dimajelis bayan Imam Ali r.a seakan akan lautan hikmah dan ilmu terbentang didepannya dan dia bisa berenang dalam lautan cahaya qurani dari setiap nasihat dan pesan dari Imam Ali r.a Ada sebuah kisah yang mengagumkan tentang ketaqwaan Imam Hasan Bashri pada waktu diundang oleh Gubernur Irak Umar bin Hubairah untuk dimintai pendapatnya tentang kebijaksanaan Khalifah Yazid bin Abdul Malik yang sering melanggar hak hak orang lain. 


Khalifah Yazid bin Abdul Malik sering mengirim surat kepada Umar bin Hubairah dan memerintahkannya supaya melaksanakan apa yang ada di dalamnya, meskipun terkadang harus melanggar hak. Untuk itu, Umar bin Hubairah mengundang dua orang, yaitu Imam Hasan Bashri dan Amir bin Syurahbil. 
Dia berkata kepada keduanya, “Sesungguhnya Khalifah Yazid telah ditunjuk Allah sebagai khalifah atas hamba-hamba-Nya, dan mewajibkan manusia mentaatinya. Dia telah menunjukku untuk mengurusi wilayah Irak sebagaimana yang anda lihat, kemudian dia menambahi kekuasaanku hingga kawasan Persia. Sedangkan dia terkadang mengirimkan surat kepadaku berisi perintah supaya aku melaksanakan sesuatu yang membuatku ragu terhadap keadilannya. Karena itu, apakah anda berdua dapat memberikan jalan keluar di dalam agama seputar batas ketaatanku kepadanya di dalam melaksanakan perintahnya?” 
Yang pertama memberi jawaban adalah Amir bin Syurahbil dan dia menjawab dengan jawaban yang lunak terhadap Khalifah dan memberikan toleransi kepada gubernur. Setelah Amir bin Syurahbil memberikan jawaban lalu Umar bin Hubairah menoleh ke arah Imam Hasan Bashri dan berkata, “Apa pendapatmu, wahai Abu Sa’id?” 


Maka Al-Hasan menjawab, “Wahai Ibn Hubairah, takutlah kepada Allah dalam masalah Yazid dan janganlah kamu takut Yazid dalam masalah Allah. Dan ketahuilah bahwa Allah Azza wa Jalla dapat melindungimu dari Yazid, sedangkan Yazid tidak dapat melindungimu dari Allah.” 


Imam Hasan Bashri melanjutkan nasihatnya,”Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya dikhawatirkan akan datang padamu malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak pernah durhaka terhadap Allah dalam apa yang Dia perintahkan kepadanya, lalu malaikat itu menurunkanmu dari kursimu ini dan memindahkanmu dari istanamu yang luas ke kuburanmu yang sempit. Bilamana di sana sudah tidak ada Yazid, maka yang ada hanya amalmu yang kamu gunakan untuk menyalahi perintah Tuhannya Yazid. Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya jika kamu bersama Allah Ta’ala dan mentaati-Nya, maka Allah akan menghindarkanmu dari siksa Yazid bin Abdul Malik di dunia dan akhirat. Dan jika kamu bersama Yazid dalam bermaksiat kepada Allah Ta’ala, maka sesungguhnya Allah akan menyerahkan kamu kepada Yazid. Dan ketahuilah wahai Ibnu Hubairah, bahwasanya tidak ada ketaatan kepada makhluk manapun dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla.”

Mendengar ucapan Imam Hasan Bashri tersebut, menangislah Umar bin Hubairah hingga air matanya membasahi jenggotnya. Dia berpaling dari pendapat Amir bin Syurah kepada pendapat Al-Hasan dan dia sangat mengagungkan serta menghormatinya.

Pada hari Jum’at bulan Rajab tahun 110 H, Imam Hasan Bashri memenuhi panggilan kekasihnya dalam usia 80 tahun. Kota Bashrah bergetar , penduduk meneteskan airmata penuh duka. Pasar sepi dengan aktifitas dan jalan jalan menjadi kosong tidak banyak manusia terlihat. Penduduk kota Bashrah semua menuju masjid jami’ untuk mensholatkan pemimpin mereka. Selepas sholat Jum’at jenazah Tabi’in yang mulia ini dikebumikan oleh semua penduduk Bashrah hingga sore hari dan shalat ashar pada hari itu tidak dilaksanakan di masjid jami’ Bashrah, karena di dalamnya tidak ada seorangpun yang melaksanakan shalat. Untuk pertama kalinya shalat libur pada hari itu di masjid Bashrah semenjak kaum muslimin membangunnya kecuali pada hari itu, yaitu hari kepulangan Imam Hasan Bashri menuju sisi Tuhannya.


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar