Dibalik jubah perangnya melegenda sebuah jiwa ksatria yang dihormati oleh para raja-raja. Ia pembebas kota suci Yerussalem dari bangsa Nashrani sekaligus pelindung setiap nyawa musuh-musuh yang telah ditundukkannya. Ia adalah Salahuddin Al Ayyubi, sultan penakluk terbesar yang dimiliki dunia Islam.
Seisi kota Yerussalem pada tahun 1187 menyambut sang penakluk yang baru saja memasuki gerbang utama kota ini. Setelah pengepungan kota beberapa minggu lamanya, kaum muslimin akhirnya sukses merebut kembali kota suci ini. Salahuddin Al Ayyubi, Sultan dari Kekhalifahan Muawiyah di Mesir bersama pasukannya menerobos kerumunan penduduk Yerussalem yang mengelu-elukannya.
Sebagian penduduk kota bergembira atas datangnya pembebas kota suci Islam dari genggaman bangsa Nashrani ini, lainnya justru berharap cemas atas kelanjutan nasibnya. Setiap orang memikirkan seperti apa kemurahan hati sang penguasa baru ini terhadap penduduk kota yang ditaklukkannya.
Tak ada yang lupa sosok penakluk kota Yerussalem yang terdahulu terhadap para penduduk kota tepatnya 88 tahun yang lalu. Saat itu Yerussalem yang masih dikuasai bangsa Muslim jatuh ke tangan pasukan salib yang menyerbu dari daratan Eropa. Setiap penduduk kota, baik Muslim, Yahudi bahkan Nashrani sekalipun dibantai habis tanpa ampun. Jalan-jalan digenangi darah sampai keganasan itu lelah atau terhenti dengan sendirinya.
Meski bangsa Nashrani pernah membuat Yerussalem bermandikan darah, Salahuddin tidak membalas dendam atas masa lalu. Seperti saat Rasulullah SAW memasuki kota Mekkah bersama 10.000 pasukannya, Salahuddin datang tanpa setetes pertumpahan darah. Ia mengucapkan sebuah kalimat yang akan menjadi begitu terkenal kepada seluruh penduduk Yerussalem “Pergilah kemanapun kalian hendak pergi, kalian telah bebas”.
Tindakan mulia Salahuddin mencengangkan setiap orang saat itu.Sebagian penduduk penganut agama selain Islam dan pejabat penguasa yang menyerah diperlakukan dengan santun dan baik. Pasukan musuh yang menyerah mendapat perlindungan dari penganiayaan dan diperlakukan dengan hormat.
Sikap ksatria Salahuddin menjadi sebuah legenda heroik di masa abad pertengahan. Ia dicintai tak hanya oleh kaum muslimin tetapi juga dihormati oleh raja-raja dari bangsa Nashrani. Bahkan musuh terbesarnya saat perang salib King Richard Lionheart dari Inggris terpesona dengannya setelah merasakan kehangatan sikap ksatria Salahuddin di medan perang.
Apresiasi terhadap sikap ksatria Salahuddin menghiasi kisah-kisah heroisme masa lalu. Oleh penyair dan sastrawan masa lalu, ia diinterpretasikan sebagai suri tauladan bagi kesopanan dan keksatriaan. Bagi sebagian umat Nashrani, sosok Salahuddin sampai-sampai diartikan sebagai figur dengan darah Eropa di nadinya, dan seorang ksatria nashrani di hati. Namun bagi umat Islam ia lebih dari sekadar ksatria atas panji panji Islam. Ia adalah seorang pria beriman dan visioner, seorang pembangkit semangat serta menjadi panutan atas keilmuan dan keberanian.
Posting Komentar