Kisah Islami " Aisyah r.a menunaikan janji sedekahnya "
Pagi masih menaungi kota Madinah dengan cahaya mentari penuh
kelembutan dan kedamaian. Panasnya hawa padang pasir belum begitu
menyengat tubuh. Jalan jalan mulai dilalui oleh orang orang yang hendak
menuju kepasar. Ada juga yang telah bersiap pergi ke kebun dan ladang,
pohon kurma dan aneka buah buahan telah menanti siap dipetik untuk
dimanfaatkan bagi kebutuhan keluarga. Sebagiannya mereka jual di pasar
untuk membeli kebutuhan hidup lainnya.
Nampak sosok lelaki tengah berjalan di sebuah gang menuju arah
masjid. Jalannya agak dipercepat mungkin karena ada keperluan yang
terasa penting. Tiba di ujung gang ia berbelok ke arah kanan dan
kemudian melanjutkan langkah kakinya hingga berhenti di depan sebuah
rumah disebelah Masjid An Nabawi. Lelaki itu bernama Munkadir yaitu
seorang tabi’in dan ia kini ada didepan rumah Ummul Mukminin Aisyah r.a
untuk meminta bantuan kepada Aisyah soal keuangan. Setelah mengucap
salam maka terdengar balasan salam dari dalam rumah, rupanya Aisyah r.a
sedang ada dirumahnya. setelah keluar rumah Aisyah bertanya “Wahai
Munkadir, ada keperluan apa engkau kamari?”. Kemudian Munkadir menjawab
“Aku belum menikah dan ingin membeli seorang budak untuk kunikahi.
apakah engkau bisa membantuku untuk meringankan masalah keuanganku
ini?”. Kebetulan pada hari itu Ummul Mukminin tidak memiliki uang
sepeser pun. Aisyah r.a berkata “Maaf, pada saat ini saya tidak
mempunyai apa apa. Seandainya saya mempunyai sepuluh ribu dirham,
semuanya tentu akan saya berikan kepadamu. Akan tetapi sekarang ini
saya tidak mempunyai apa apa.”
Munkadir sedikit berkecil hati karena tidak memperoleh apa apa. Maka
ia melangkah pulang menuju rumahnya. Tak berapa lama kemudian datang
seseorang bernama Khalid bin Asad r.a membawa sekantung uang berjumlah
sepuluh ribu dirham dan memberikannya kepada Aisyah r.a. Sejenak Aisyah
r.a termenung memikiran peristiwa sebelumnya yang terjadi lalu ia
berkata “Saya sedang diuji dengan ucapan saya kepada Munkadir.” Kemudian
ia segera mengirimkan seluruh uang yang di terimanya itu kepada
Munkadir . Dengan uang seribu dirham pemberian Aisyah r.a itu,
Munkadir membeli seorang hamba sahaya perempuan yang kemudian
dinikahinya. Pernikahan mereka berlangsung dalam suasana penuh
kebahagian dan saling mencintai. Dari pernkahan itu ia mendapatkan 3
orang anak yakni Muhammad, Abu Bakar, dan Umar. Sejak masih muda ketiga
orang itu terkenal kesolehannya di kota Madinah Munawaroh.
Subhanallah, sungguh beruntung Aisyah r.a yang menjadi sebab
pernikahan Munkadir. Ujian harta yang menghinggapinya tidak
memalingkannya dari janji yang ia ucapkan. Janji yang ia ucapkan ibarat
air ludah yang tidak mungkin ditelan lagi. Dan kembali Aisyah r.a
menunjukkan kualitasnya sebagai seorang wanita yang sholeh lagi zuhud
yang mana sifat itu ia dapatkan dari teladan yang ia dapatkan dari suami
tercinta, Rasulullah SAW dan ayahnya, Abu Bakar Ash Siddiq r.a.
Ada sebuah kisah menarik dari sosok sahabat Abu Bakar yang juga punya
hobby bersedekah. Kesukaanya dalam bersedekah telah menjadikannya sosok
yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun diantara sahabat sahabat yang
lain. Pernah ia membagi bagikan dua kantong penuh berisi uang, yang
berjumlah lebih dari seratus ribu dirham untuk di bagi bagikan kepada
fakir miskin tanpa meninggalkan satu dirham pun, padahal ia
membutuhkannya untuk berbuka puasa. Kisah semacam ini juga terdapat
dalam riwayat lain yang menyebutkan besarnya uang dalam kantong yang di
berikan kepada fakir miskin sebesar 180.000 dirham.
Inilah contoh teladan teladan agung dari seorang ayah dan anaknya,
keagungan sifat mereka menjadi penawar dari banyak permasalahan dan
kesempitan hidup masyarakat disekelilingnya. Semoga saja kita bisa
meniru mereka dan bisa menjadi solusi ditengah masyarakat bukan sekadar
wacana yang penuh basa basi.
Posting Komentar