Kemuliaan Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra r.ah ( bag 3 – end)

Kisah Islami " Kemuliaan Ummul Mukminin Khadijah Al Kubra r.a ( bag 3 – end) "

Nabi Muhamad SAW menikah dengan Khadijah dan memberinya mahar 20 ekor unta. Beliau SAW mengadakan pesta pernikahan dengan menyembelih unta dan memberi makan para tamu. Al Bushairi telah menggubah sebuah syair tentang hal ini :
“Khadijah melihat ketaqwaan, kezuhudan,
Dan rasa malu adalah perangai Muhammad.
Telah sampai berita kepadanya bahwa awan dan pohon besar menaunginya.
Berita bahwa akan ada seorang utusan Allah akan dibangkitkan, telah tiba masanya.
Ia pun tergugah untuk menikah dengannya.
Alangkah bagusnya kala orang cerdik menggapai citanya”
Saat itu Khadijah berusia 40 tahun, usia kesempurnaan seorang ibu, sedangkan Muhammad SAW adalah seorang pemuda yang berusia 25 tahun. Dalam pernikahan yang diberkahi ini Khadijah adalah seorang istri yang penyayang dan seorang ibu yang lembut. Pernikahan ini adalah pernikahan yang bahagia dan dipenuhi keberkahan. Muhammad SAW adalah sebaik-baik suami sedangkan Khadijah adalah sebaik-baik istri. Keduanya menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh ketenangan dan kecintaan. Khadijah telah menjadi teladan yang indah dalam hal keshalehan dan kedermawanan. Ketika ia meraskan bahwa suaminya sangat mencintai budaknya, Zaid bin Haritsah, ia pun menghadiahkan Zaid kepada suaminya. Maka bertambah tinggilah kedudukannya dalam hati suaminya.
Ketika beliau SAW mengasuh sepupunya, Ali bin Abi Thalib r.a mendapati Khadijah sebagai seorang ibu yang penyayang dan pemelihara yang sempurna. Allah menyempurnakan suami istri ini dengan beberapa anak : Qosim, dengannya beliau SAW dipanggil Abul Qosim, Zaenab, Ruqoyah, Fatimah dan Ummu Kultsum. Semuanya dilahirkan sebelum beliau SAW diangkat menjadi Nabi. Setelah beliau SAW diangkat menjadi Nabi, Khadijah melahirkan Abdullah yang juga dijuluki At Thayyib dan At Thahir. Jarak antara masing-masing anak hanya selang dua tahun, dan Khadijah sendiri yang menyusui mereka.
Ibnu Abbas r.a menyebutkan putera-putera Rasulullah Muhammad SAW dari Khadijah. Ia berkata “ Khadijah melahirkan untuk Muhammad SAW dua orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan yaitu, Qosim, Abdullah, Fatimah, Ummu Kultsum, Zaenab dan Ruqoyah. Adapun putera beliau SAW yang bernama Ibrahim dilahirkan oleh Mariyah Al Qibtiyah. Seluruh putera beliau SAW meninggal saat masih kecil. Adapun puteri-puteri beliau SAW yang mendapati masa kenabian, mereka masuk islam dan ikut serta berhijrah”
Muhammad SAW di tengah kaumnya terkenal dengan akhlaknya yang mulia sehingga beliau melampaui mereka semuanya. Mereka memberinya gelar Al Amin,karena sifat-sifat kesalehannya yang diridhoi oleh semua pihak. Khadijah mengumpulkan akhlak beliau SAW dengan mengatakan “ Sesungguhnya engkau menyambung tali kekerabatan, menanggung orang yang kesusahan, menyantuni orang yang kekurangan, menjamu tamu dan membantu orang-orang yang kesulitan dengan menunaikan hak-haknya”
Penduduk Mekkah telah begitu mengenal sifat-sifat Rasulullah SAW. Mereka ridhai setiap kali terjadi perselisihan di antara mereka dengan keputusan Rasulullah Muhammad SAW. Namun beliau SAW sendiri mengingkari kesesatan dan penyembahan berhala yang mereka lakukan. Tatkala usia Rasulullah Muhammad SAW menjelang 40 tahun, beliau SAW senang menyendiri di gua Hira, sebuah gua di dekat kota Mekkah. Mempergunakan waktunya untuk beribadah dan memikirkan alam serta penciptanya. Beliau SAW menginap beberapa malam di gua Hira.
Bila pagi telah tiba dan Khadijah tidak mendapatkan suaminya di sisi pembaringan,ia pun mengetahui bahwa suaminya sedang menyendiri di gua Hira. Tak pernah Khadijah menanyakan suatu hal pun kepada suaminya, karena ia adalah seorang yang cerdik dan tahu persis kondisi suaminya ini. Cahaya kenabian pertamakali muncul dalam bentuk mimpi-mimpi yang benar. Mimpi-mimpi itu setiap kali muncul kepada beliau SAW berupa cahaya pagi yang merekah, suatu hal yang menimbulkan rasa takut dalam diri beliau SAW. Rasulullah SAW menceritakan kekhawatirannya kepada istrinya yang cerdik ini “Tatkala aku sedang menyendiri aku mendengar seruan. Demi Allah, saya khawatir akan terjadi sesuatu”
Khadijah menenangkan Rasulullah SAW dengan berkata “ Kita berlindung kepada Allah, Allah tidak akan menimpakan itu kepadamu. Demi Allah, engkau senantiasa menunaikan amanat, menyambung tali kekerabatan dan berkata jujur”
Ucapan Khadijah ini merupakan sebuah bentuk firasat ilham yang mendinginkan dan menenangkan Rasulullah SAW. Perlahan-lahan ketakutan yang beliau SAW rasakan berkurang. Sesungguhnya kalimat-kalimat Khadijah ini muncul dari pengetahuannya tentang akhlak beliau SAW selama masa berdagang dan dalam seluruh aspek kehidupannya. Belum lagi dengan berita baik tentang diri suaminya yang beredar di tengah masyarakat.


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar