Kredit Usaha Tanpa Agunan, Perlukah?


Kredit usaha seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA) sebetulnya dibuat untuk memudahkan usaha bisnis Anda. Baik dalam membuka usaha, membeli sesuatu, atau mengatasi kebutuhan tertentu atas sejumlah dana. Orang yang tidak punya uang tunai, seringkali bisa membeli sesuatu dengan cara mengambil kredit. Kalau Anda harus menabung dulu sebelum bisa membeli suatu barang, mungkin dengan mengambil kredit Anda bisa membeli dulu, dan menabungnya belakangan. Hanya saja, menabungnya dalam bentuk membayar ke bank.

Sayangnya sering ada masalah yang muncul dalam mengambil kredit usaha orang sering terjebak mengambil kredit tanpa agunan walaupun sebenarnya dia bisa membayarnya secara tunai. Banyak orang berpikir, kalau saya bisa kredit untuk membeli suatu barang, kenapa saya harus membeli secara tunai (walaupun uang tunainya ada)? Padahal sudah jelas bahwa total uang yang Anda bayar bila Anda membeli barang secara kredit akan lebih besar daripada bila Anda membeli barang tersebut secara tunai. Malah makin lama jangka waktu kreditnya, jumlah uang yang harus Anda bayar biasanya akan makin besar.

Anehnya, walaupun demikian, masih banyak saja orang yang mengambil kredit untuk membeli barang walaupun dia punya uang tunainya. Pikiran yang seringkali muncul adalah bahwa dengan mengambil kredit, seseorang bisa memanfaatkan uang tunai (yang sudah dia miliki) untuk keperluan lain.

Dari situlah muncul pertanyaan, kapan sih sebetulnya seseorang harus membeli barang secara kredit? Dalam tulisan kali ini saya akan membahas tentang kapan Anda harus membeli barang secara kredit, dan kapan Anda harus membeli barang secara tunai.


DUA MACAM NILAI BARANG


Dalam berhutang, ada dua macam barang yang bisa Anda hutangkan. Yang pertama adalah barang-barang yang nilainya menurun, dan yang kedua adalah barang-barang yang nilainya menaik.

Contoh barang yang nilainya menurun yang sering kita hutangkan untuk mengambil kredit usaha adalah:

Kendaraan.

Iya dong, kalau Anda membeli kendaraan dan memakainya dalam jangka waktu katakan enam bulan, maka setelah enam bulan kendaraan tersebut biasanya tidak bisa Anda jual kembali dengan harga yang sama ketika Anda membelinya, tetapi malah lebih rendah. Ini wajar karena kendaraan tersebut mengalami penyusutan nilai. Kecuali nilai dolar tidak naik tinggi sekali, maka harga jual mobil Anda ketika Anda menjualnya kembali harusnya lebih rendah dibanding ketika Anda membelinya, bukan malah lebih tinggi.


Barang-barang elektronik.

Apakah Anda punya barang elektronik di rumah? Apakah Anda ingat berapa harganya ketika Anda membelinya dulu? Bila Anda ingat, sekarang bisakah Anda jual lagi barang tersebut dengan harga yang sama dengan ketika Anda membelinya waktu itu? Biasanya tidak. Ini karena barang elektronik adalah barang yang mengalami penyusutan juga.

Oke, itu adalah contoh barang yang nilainya menurun. Selain barang yang nilainya menurun, ada juga barang yang nilainya menaik. Contohnya adalah properti. Properti terdiri atas tanah dan bangunan. Dalam jangka panjang (diatas 10 tahun), nilai properti biasanya naik terus (tanahnya, bukan bangunannya). Ini karena kebutuhan atas tanah terus meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk dunia, sedangkan jumlah tanah tidak bertambah.


MENENTUKAN KREDIT ATAU TIDAK

Sekarang masalahnya, kapan kita harus mengambil barang secara kredit dan kapan kita harus mengambil barang secara tunai? Dibawah ini adalah tipsnya:

Akan lebih baik apabila Anda mengurangi kebiasaan berhutang Anda sebisa mungkin bila barang yang Anda beli tersebut nilainya menurun. Ini karena apabila Anda berhutang dengan cara mengambil kredit, maka jumlah yang Anda bayar biasanya akan lebih mahal dibanding apabila Anda membayar secara tunai.
Kendaraan misalnya. Bila Anda membeli Kendaraan secara tunai, Anda mungkin harus membayar Rp 75 juta rupiah. Tetapi bila Anda membeli kendaraan itu secara kredit (kredit 12 bulan misalnya), maka jumlah yang Anda bayar jatuhnya mungkin akan menjadi Rp 90 juta. Malah, semakin panjang jangka waktunya, jumlah yang Anda bayar akan makin mahal. Mungkin menjadi Rp 110 juta (untuk jangka waktu kredit 24 bulan) atau Rp 130 juta (kredit 36 bulan = 3 tahun). Melihat hal itu, maka pertanyaannya disini adalah: buat apa Anda membayar mahal untuk barang yang nilainya menurun?

Jadi, untuk barang yang nilainya menurun, bayar saja secara tunai kalau memang Anda bisa membayar tunai, supaya jumlah yang Anda bayar akan makin murah.

Bagaimana bila Anda tidak mampu membayar tunai? Solusinya: ambil kredit dengan jangka waktu sependek mungkin yang Anda bisa. Ini karena makin pendek jangka waktunya, makin murah jumlah yang harus Anda bayar. Semakin panjang jangka waktu kreditnya, semakin mahal pula jumlah yang harus Anda bayar secara total. Ingat sekali lagi bahwa barang yang Anda beli adalah barang yang nilainya menurun. Jadi buat apa membayar mahal untuk barang yang nilainya toh akan menurun?

Sekarang, bagaimana bila barang yang Anda hutang tersebut nilainya menaik? Apabila barang yang Anda hutangkan itu secara jangka panjang nilainya menaik (meningkat), maka tidak apa-apa bila Anda mengambilnya secara berhutang, walaupun Anda memang memiliki uang tunai untuk melunasinya secara tunai.

Properti misalnya. Seperti yang Anda tahu, properti terdiri atas Tanah dan Bangunan. Untuk tanah, secara jangka panjang (diatas 10 tahun) nilai tanah mungkin bisa meningkat sekitar 30 persen per tahun. Peningkatan tersebut masih jauh lebih besar dibanding suku bunga KPR yang Anda bayar, yang pada saat ini berada di kisaran 20 persen per tahun.
Jadi, tidak apa-apa bila Anda membeli rumah via Kredit Pemilikan Rumah (KPR) walaupun Anda punya uang tunainya. Maksudnya, membeli rumah secara tunai jelas akan lebih murah. Tapi membeli rumah lewat kredit secara jangka panjang jatuh-jatuhnya Anda akan untung juga karena kenaikan nilai properti Anda (tanahnya lho) masih lebih besar daripada suku bunga KPR yang Anda bayar. 



Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar