Marah di Kantor Itu Merugikan!


Melampiaskan rasa marah di kantor sebenarnya sah-sah saja asalkan masih dalam batas kewajaran. Meski begitu para pekerja wanita tidak bisa seenaknya mengungkapkan rasa marahnya karena akan dicap sebagai orang yang mudah lepas kontrol dan ini bisa berdampak negatif pada karir. Sebaliknya dengan para pria, jika mereka marah maka lingkungan akan menganggapnya sebagai hal yang wajar. Tidak adil bukan? Tapi begitulah adanya.

Victoria Brescoll, mengungkapkan hal tersebut dalam bukunya yang berjudul "When Can Angry Woman Get Ahead?". Ia juga memberi contoh salah seorang tokoh terkenal Hillary Clinton yang baru mencalonkan diri sebagai calon presiden itu. Para simpatisan partai Republik di Amerika menilai Hillary sebagai calon presiden yang gampang marah.

"Berdasarkan pengalaman senator Clinton, wanita karir yang sering mengekspresikan rasa marahnya justru akan menurunkan kredibilitasnya, mereka dianggap tidak rasional dan mudah lepas kontrol," kata Brescoll.

Beberapa kajian sebelumnya memang menyebutkan bahwa marah bisa menjadi sarana komunikasi untuk menunjukkan dominasi seseorang kepada pihak lainnya, namun menurut Brescoll hal tersebut hanya berlaku untuk para pria saja.



Marah memang merupakan perasaan yang manusiawi, selain rasa sedih, gembira, atau menangis. Sayangnya dalam dunia profesional kita harus bisa memilah-milah jenis ekspresi yang ingin kita sampaikan. Jika tak ingin karir terhambat akibat emosi yang meledak-ledak, perhatikan hal-hal berikut:

Jika ada sesuatu hal yang tidak berkenan dengan diri Anda, jauhkan sikap emosional dan tetaplah bertindak profesional.

Saat emosi sedang meninggi, tinggalkan ruangan sejenak, pergi ke toilet atau berjalan kaki sebentar ke taman untuk menarik napas cukup efektif untuk menenangkan perasaan.

Ada kalanya tanpa kita sadari kita mungkin keceplosan dan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak ingin Anda ucapkan. Jika itu terjadi, segeralah meminta maaf.

Bila Anda sedang menghadapi situasi yang menjengkelkan, berlarut-larut dan membuat stres, ambilah cuti beberapa hari untuk menenangkan diri. Manfaatkan waktu cuti untuk memanjakan diri agar saat masuk kembali pikiran Anda lebih segar dan emosi lebih stabil. (GCM/KompasWeb-An)



Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar