Maraknya penggunaan telepon seluler atau ponsel di kalangan masyarakat membuat kebutuhan voucher pulsa terus meningkat dari hari ke hari. Peluang inilah yang dibaca para pelaku bisnis voucher di Kulon Progo. Tak heran jika counter voucher pulsa pun menjamur di mana-mana. Alasannya sederhana, selain mudah, usaha ini bersifat fleksibel dan bisa dilakukan di setiap tempat.
Tengok saja usaha voucher pulsa milik Yuliadi yang terletak di kompleks kantor Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Meski dengan perlengkapan etalase seadanya, ia bisa meraup keuntungan sekitar Rp 70.000 per hari. Keuntungan itu diperoleh dengan jumlah transaksi pengisian voucher sebanyak 70 buah.
"Rata-rata setiap kali transaksi saya memperoleh keuntungan Rp 1.000. Sebenarnya bisa saja keuntungan dinaikkan dengan menaikkan harga jual. Namun, konsumen akan beralih ke counter lain yang memasang harga lebih murah," katanya.
Usaha jualan voucher pulsa sudah dijalani pemuda asal Desa Paliyan, Temon, ini dua tahun terakhir. Sebelumnya ia hanya menganggur karena sulit mencari pekerjaan. Berkat informasi yang diterima dari teman-temannya, ia pun memutuskan untuk membuka usaha voucher pulsa dengan modal Rp 5 juta. Modal Rp 5 juta itu ia gunakan untuk membeli tiga buah ponsel sebagai peralatan untuk pengisian voucher elektronik. Satu ponsel untuk chip Telkomsel, satu chip lagi untuk XL, dan sisanya chip Indosat.
"Untuk pulsa Flexi dan Fren saya memilih menjual voucher fisik karena lebih mudah dan tidak perlu membeli ponsel lagi," ujarnya. Jika modal usaha Anda mepet, maka tidak perlu membeli tiga ponsel. Cukup membeli satu ponsel dengan memanfaatkan chip pulsa elektrik all operator. Hanya dengan 1 buah ponsel GSM/CDMA, bisa melakukan transaksi isi ulang pulsa elektrik seluruh operator. Dengan demikian bisa menghemat modal dan pengeluaran.
Ada dua jenis voucher yang selama ini dijual, yakni voucher elektronik dan fisik. Dibandingkan voucher elektrik, risiko kerugian voucher fisik jauh lebih besar. Voucher fisik memiliki masa berlaku. Jika melewati masa berlaku, tentu voucher tidak bisa lagi digunakan. Berbeda dengan voucher fisik, voucher elektrik tidak memiliki masa berlaku (expiry date). Selama memiliki saldo cukup, kita tetap bisa mengisi ulang pulsa. Selain itu harga voucher elektrik lebih stabil.
Bagi pelaku usaha yang memiliki modal lebih besar, keuntungan yang diperoleh juga lebih besar. Misalnya saja Yusuf, pemilik counter yang rata-rata transaksi per harinya mencapai 80 buah. Jika keuntungan rata-rata Rp 1.000, maka dalam sehari ia bisa mengantongi Rp 80.000. "Usaha voucher sangat tergantung pada lokasi. Kalau lokasinya ramai, maka jumlah transaksi akan semakin banyak. Meski counter-counter pulsa sudah banyak menjamur, namun di tingkat kecamatan dan desa masih minim. Padahal, pengguna ponsel semakin bertambah terus," tuturnya. Untuk mendongkrak keuntungan, selain menjual voucher pulsa, para pelaku usaha di bidang ini biasanya juga menambahkan pernak-pernik aksesori handphone dan kartu perdana.
Posting Komentar