Salahuddin Al Ayyubi, Sultan Para Ksatria (3-end)

Pertempuran sengit pada bulan Juli 1187 di Hattin dimenangkan oleh Salahuddin. Pasukan Muslim berhasil memanfaatkan kelalaian strategi pasukan Salib yang sangat yakin bisa mencapai Mekkah dan Madinah untuk ditaklukkan. Salahuddin memotong jalur persediaan air minum dan logistik, serta menjebak mereka sehingga mengalami kelelahan dan kehausan luar biasa di medan padang pasir. Kemenangan ini memuluskan jatuhnya Yerussalem ke tangan bangsa Muslim setelah 88 tahun lamanya. Tiga bulan kemudian Yerussalem berada ditangannya dan menjadi sebuah kota yang terbuka bagi setiap agama untuk menetap dan berziarah. Tak seperti bangsa Nashrani masa lalu yang kejam pada umat Muslim, Salahuddin tidak membalasnya. Ia melindungi 100.000 kaum Nashrani Eropa dan memperbolehkan peziarah Nashrani berkunjung ke Yerussalem. Bahkan 80.000 penduduk Nashrani yang hendak pulang ke Eropa beserta harta bendanya dikawalnya dengan aman hingga sampai di wilayah pantai Syria. Kekalahan di Yerussalem menjadi pukulan sangat telak dan mengejutkan bangsa Eropa.Sebuah misi Perang Salib Ketiga dipimpin oleh Raja Richard Berhati Singa dari Inggris, diresmikan pada tahun 1189. Jumlah pasukan Salib ini sangat besar karena meliputi divisi pasukan Inggris, Prancis dan Austria. Namun hanya sebagian dari pasukan gabungan ini yang berhasil menyeberangi ganasnya lautan Mediterania. Pasukan raja Richard berhasil bertahan dan melanjutkan perjalan menuju Yerussalem. Pasukan Salahuddin kembali mengalahkan pasukan Salib yang kelelahan oleh kondisi kering dan panas di Palestina. Ekspedisi militer ini tak sekalipun bisa mencapai pintu kota Yerussalem. Pada saat inilah Raja Richard akhirnya meminta negosiasi perdamaian dan kemudian menaruh rasa hormat dengan sosok Salahuddin. Ia tahu pasukan Muslim yang dipimpinnya bisa menghabisi seluruh pasukan Salib yang telah lelah kedodoran dari segala hal. Namun ia menghormati lawannya dan melindungi Raja Richard dan pasukannya untuk bisa pulang ke negerinya. Pada pertempuran di Acre, Raja Richard sempat melanggar kesepakatan dan membantai seluruh tawanan perang berjumlah 3000 orang. Tetapi Salahuddin justru memaafkan tindakannya pada saat berhadapan di pertempuran Jaffa. Kuda raja Richard yang terbunuh di medan perang digantikan Salahuddin dengan dua ekor kuda jantan terbaik yang dipilihnya dengan secarik kertas berisi pesan tertulis “tidaklah benar jika seorang ksatria pemberani harus bertarung hanya dengan kedua kaki”. Pada bulan September 1192 Raja Richard jatuh sakit dan Salahuddin berkali-kali mengirimkan es dan buah plum serta dokter pribadinya untuk menyembuhkan penyakitnya. Bahkan ia menyamar sebagai dokter untuk menjenguk keadaan sang musuh di medan perang itu. Sikap ksatria Salahuddin menjadi hal yang begitu diperbincangkan dan dikagumi oleh masyarakat di daratan Eropa. Raja Richard tak menyangka masih ada seorang penakluk besar yang masih memiliki sikap keberanian dan kejujuran ksatria seperti Salahuddin.


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar