SHALAWAT MEMBAWAKU KE JAKARTA


الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kali ini aku ingin bercerita kisah pengalaman menarikku ketika mengikuti olimpiade sains hingga bisa lolos sampai ke Jakarta.
Sekitar 6 tahun yang lalu, aku masih seorang remaja yang duduk dibangku sma, sebuah sma yang terletak dekat dengan pantai dan cukup jauh jika ditempuh berjalan kaki, :-) .
SMA itu bernama SMANSA, namun belakangan namanya telah berubah menjadi SMANMA dan merupakan sekolah favorit di daerahku, karena secara SMA negeri satu-satunya ditempatku,hehehe
Singkat cerita, ketika aku duduk dikelas 2, seingatku itu tahun 2005 awal, ada even penyeleksian untuk pemilihan perwakilan sekolah untuk even olimpiade tingkat Kabupaten yang diadakan di Tanjungpinang.
Serasa mimpi, aku yang pas-pasan dibidang kimia, dipilih untuk mewakili sekolah dibidang kimia bersama satu temanku yang lain. After that, persiapan-persiapan pun kami lakukan, mulai belajar intensif dengan guru pembimbingku kimia, dsb.
Hari H nya sudah tiba, aku pun bersama rombongan peserta dari Tanjunguban berangkat. Aku ingat sekali bapakku tersayang ketika itu yang mengantar aku ke bus peserta yang membawa kami ke tempat acara, lalu yang uniknya ketika itu Bapakku sempat pulang kerumah hanya untuk membawakan parfum karna aku lupa mengenakannya. Hihihi (I love you)
Setibanya waktu perlombaan, seingatku waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal-soal yang totalnya 40 objektif dan 5 esay itu adalah 4 jam, wow pikirku sebelum membuka soal. Hampir 1 jam berlalu hanya 11 soal yang aku bisa jawab, dan 4 esai yang bisa kuselesaikan dengan baik, yang satu lainnya tetap kukerjakan tapi dengan sedikit keraguan. Hehe
Terus aku kotak katik itu soal, namun blank, memang gak paham. Hihihi,
Aku tutup soal dan hanya diam melihat peserta lain mengerjakan soal2nya, secara ketika itu yang tepat disebelahku adalah teman dari sekolah lain yang pernah ketemu beberapa waktu silam, namun dia bidang fisika.
Setengah jam sisa dari waktu yang diberikan, aku teringat ketika aku sering mengikuti musyawarah agama dimasjid kampungku, lalu bang indra (salah satu teman dimasjid) pernah mengatakan shalawat itu disebut ketika kita musyawarah agar dapet ilham dari Allah, katanya. Nah, seperti ada yang nuntun, aku tutup soal letakkan tanganku dimata, lalu bershalawat sebanyak-banyaknya hingga muncul seperti bayangan huruf A,B,C,D,atau E dari setiap soal yang ingin kujawab, ouw الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . Akhirnya semua soal terjawab dan waktu perlombaan pun selesai.
Hal yang mengejutkan terjadi ketika pengumuman sang juara, tanpa dugaanku, aku terpilih sebagai juara 1 untuk bidang kimia. Wow الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ kuucapkan berkali-kali.
Setelah selesai pembagian hadiah, sang juri merapat ke guru pembimbingku dan dia menyatakan bahwa “selamat ya bu, anak ibu pintar, dia dan yang juara dua soal objektifnya hampir benar semua, hanya esainya anak ibu salah satu yang masalah entalpi”. Aku mengetahui hal ini diperjalanan pulang ketika guruku menceritakannya kepadaku. Dalam hatiku, سُبْحَانَ اللّهُ objektif yang 80 persennya kujawab dengan shalawat hampir benar semua. Hihihi
Dengan hasil itu aku berhak mewakili kabupaten ditingkat provinsi kepri, dengan cerita yang mirip dengan sebelumnya aku sampai juga ketahap nasional yang ketika itu diadakan di Jakarta, hehe الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ya… Namun gagal di tingkat nasional, soale gak ada soalan objektifnya, semuanya esai. Hihihi
Akhirnya perjuanganku berhenti di jakarta, tapi dengan asbab itu semua aku bisa kebandung untuk memenuhi panggilan ITB untuk ikut USM dan juga akhirnya aku memilih untuk melanjutkan studi S1 di Teknik Kelautan ITS Surabaya karena diberi beasiswa full ole provinsiku.
Sebenarnya kalau saya ceritakan detai, maka cerita ini akan menjadi seperti novel, hehehe, tapi belum ada waktunya, yang pasti setiap aku menceritakan hal ini ke orang lain, mereka akan tersenyum dan mengatakan kamu beruntung sekali.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Aku hanya bisa mengatakan mari kita selalu bersyukur.
Syamsul :-)


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar