Road to Welirang Mountain





Sebenarnya perjalanan yang kulakukan ke Welirang bersama Ichank, Madqo, Ihwan, dan Dino ini sudah terjadi 3 tahun yang lalu tepatnya bulan July 2008, tapi tanggal pastinya aku lupa. Saat aku menulis ini, aku sedang susah untuk tidur karena kebiasaan tidur larut malam kali yach,hehehe… so, daripada memikirkan atau melakukan hal yang sia-sia, lebih baik menulis, ya gag?


To the point aja deh,
Rencana perjalan kami ke Welirang, aku akui kuranglah terencana dengan baik. Awalnya, aku yang terus terang merupakan pengalaman pertama untuk mendaki, berani ikut bersama 4 temanku yang lain, karena merasa diantara mereka berempat (Ichank, Ihwan, Dino, dan Madqo) sudah ada yang pernah mendaki welirang. Keyakinan ku bertambah ketika glewo mengatakan dia pernah berkemah bersama teman-temannya disana.

Akhirnya singkat cerita, persiapan pun kami lakukan, namun betapa kurang beruntungnya kami, karena tenda yang kami usahakan, tidak kunjung ada. Akhirnya terjadi kesepakatan antara kami yang intinya tetap budal(berangkat) walaupun tanpa tenda.. (satu keputusan gila, yang belakangan kami sadari). Bahkan tidak hanya itu, kami berangkat hanya membawa stock makanan yaitu (Roti Gabin, telur, dan mie)…

Perjalanan pun dimulai, dengan sepakat untuk berkumpul dikontrakan Ichank sebelumnya, setelah kami berlima sudah siap untuk berangkat, kami juga tidak lupa tentunya kami mengabadikan momen penting ini tentunya dengan kamera HPnya Madqo, karena lagi-lagi diantara kami berlima saat itu tidak ada yang memiliki kamera digital…
Keberangkatan kami dilepas oleh 2 teman yang lain, yaitu Bagus lampung dan Roni kelik… Layaknya seperti pasukan perang yang siap berangkat, yang disertai semangat tinggi, begitulah kami kiranya.

Setelah sampai dilokasi kaki gunung Welirang, kami langsung melakukan penanjakan, tapi belum 1 km kami berangkat, kami diingatkan oleh pendaki lain untuk melapor ke Pos dibawah. Akhirnya 2 orang diantara kami kembali kebawah untuk melapor. Ouw yach, ketika itu sedang musim kemarau, anda ketahui sendiri mungkin keadaan gunung welirang dan arjuna, yang dapat dikatakan lebih gersang dibanding gunung-gunung lain yang ada di pulau Jawa.

Setelah selesai melapor, kami pun melanjutkan perjalanan… perjalanan baru sekitar 5 KMan, kami nyampai di Pos-1, dan disinilah Glewo (nama panggilan akrab Ihwan) menyampaikan kepada kami bahwa “dulu kami kempingnya disini”, betapa terkejutnya kami, karena kami mengira bahwa dia pernah sampai lebih tinggi lagi dari daerah ini. Disini kami sadar bahwa ternyata dari kami berlima tidak ada seorangpun yang pernah mendaki gunung tersebut, dan ajaibnya lagi pendakian ini merupakan pendakian pertama kalinya bagi kami berlima. Wow, sesuatu yang gila belakangan hari banyak dari para pendaki lain katakan kepada kami. Bahkan sampai saat ini Dhino, tidak mau menceritakan pengalaman ini kepada kedua orang tuanya, karena takut tidak diizinkan lagi untuk mendaki.

Tapi, perjalanan kami berjalan lancar-lancar saja ketika siang hari, namun ketika sudah mulai sore, dan kami telah berada diketinggian yang lumayan, udara sudah terasa dingin sekali, sehingga kami yang ketika itu tidak membawa tenda, dan aku pun hanya membawa 1 buah jaket dan sebuah sleeping bed. Sedangkan ihwan juga hanya membawa 1 buah jaket, dan jaket itu terbuat dari kulit. Merasa sangat kedinginan. Maklum sebelumnya kami merasa atmosfer Surabaya yang panas dan saat itu memaksa diri untuk merasa udara pegunungan yang terkenal dingin.

Kami melanjutkan perjalan dimalam hari, kenapa kami berani? Karena sebelumnya kami berkenalan dengan satu rombongan, yang saya lupa pastinya dari mana. Tapi mereka mayoritas anak usia 12-15 tahunan, dan dipimpin satu orang dewasa yang dari perlengkapannya dan perilakunya terlihat sudah sering melakukan pendakian.

Udara yang seakan merengsek masuk menembus rusuk kami, tak menyurutkan semangat untuk melakukan perjalanan ini. Jalan yang kami lalui malam itu terbilang terjal dan belakangan kami pun tak tahu pasti jalan mana yang kami lalui malam itu. Rasa lelah dan senang bercampur menjadi satu, dipertengahan jalan kami berhenti sekitar 1 jam untuk istirahat dan menghangatkan tubuh, dengan membakar daun-daun kering yang ada disekitar kami ketika itu, bahkan seingat saya saya sempat tertidur..hehehe

Saya lupa pastinya jumlah orang dari rombongan yang kami ikuti tersebut. Tapi yang saya ingat adalah kami sampai dipos berikutnya itu sekitar jam 1 dini hari, pos itu merupakan pos persimpangan antara Welirang dan Arjuna… perjalanan yang melelahkan tentunya. Kami langsung memisahkan diri dengan rombongan pendekar-pendekar cilik. Dengan tidak menghiraukan lagi terhadap suhu yang dingin, ihwan langsung tertidur pulas. Tapi kami berempat lebih memilih tidur berdempetan agar tidak terlalu kedinginan. Keesokan paginya, luar biasa dingin sekali yang kami rasakan, ya bayangkan saja kami tidur didaerah ketinggian tidak kurang 750 m dari permukaan laut tersebut hanya beratapkan langit bebas.

Namun, pagi hari itu betapa senangnya kami, karena kami bertemu dengan rombaongan teman-teman dari lamongan, sebut saja Wahyu cs… mereka akan melanjutkan perjalanan ke arjuna, betapa herannya dan cukup takjubnya mereka terhadap kami, karena berangkat tanpa membawa tenda. Akhirnya karena mereka berencana untuk pulang hari itu juga, tenda yang mereka miliki dipinjamkan kepada kami. Betapa senangnya kami, paling tidak untuk mala mini kami tidak terlalu kedinginan lagi.

Perjalanan pun kami lanjutkan menuju puncak welirang, kami lebih memilih jalan pintas yang terbilang terjal, daripada mengikuti jalannya Hardtop yang berdebu tentunya…
Ketika puncak welirang tidak lebih 1 km lagi akan kami capai, Ihwan yang kakinya sudah terkilir sebelumnya karena disebabkan sandal carvil yang dikenakan olehnya tersebut. Padahal sebelumnya dia sangat membanggakan sendalnya tersebut. Ihwan memutuskan untuk menyerah, karena dia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk mendaki lagi, akhirnya aku, ichank dan Dino juga mengikuti langkah glewo. Tapi Madqo dengan semangat 45’ nya tetap melanjutkan perjalanannya. Akhirnya ketika kami sibuk beristirahat diketinggian dengan pemandangan yang sangat indah. Madqo telah sampai dipuncak, setelah puas foto-foto akhirnya dia turun, sedangkan ketika itu kami sedang tertidur.

Perjalan kembali ke tenda pun kami lakukan, karena takut malam akan segera datang. Singkat cerita setelah bermalam di tenda, keesokan harinya kami kembali untuk turun. Didalam perjalanan Ichank juga kakinya terkilir ketika itu, sehingga jalannya lambat sekali. Namun kejadian yang menarik adalah sempat tersesatnya Madqo, kejadian ini berawal ketika kami berlomba-lomba untuk mengikuti jalan pintas, berkali-kali kami berhasil mempersingkat jarak tempuh kami dengan mengikuti jalan pintas. Namun malangnya, ketika kami akan melewati jalan yang menikung kekiri, madqo memutuskan untuk memilih jalan setapak yang ada dikanan jalan dan tak seorangpun dari kami yang mengikutinya. Kemudian, saya menyadari bahwa jalan yang kami lalui terus kekiri dan belok kekiri, lalu kami mulai terfikir madqo, “pasti klo jalan seperti ini kita tidak akan ketemu dengannya” ungkapku kepada yang laim. Akhirnya benar, kami tidak ketemu madqo, setelah bertemu dengan pos… ichank dan ihwan kami suruh duluan, karena mereka kondisi kaki yang sakit. Sedangkan aku dan dino menunggu madqo, karena klo dia sadar jalannya salah pasti dia akan kembali. Aku dan Dino tidak memutuskan untuk kembali menyusul madqo karena kami sudah merasa sangat lelah, akhirnya menunggulah yang kami putuskan terlebih dahulu. Lama waktu berlalu, madqo tak kembali muncul dan kami berfikir macem-macem, jangan-jangan ini dan itu… tapi prasangka kami ditepis dengan munculnya madqo.. Alhamdulillah betapa bahagianya kami melihat dia. Terlihat wajah yang sangat lelah disertai rasa takut yang perlahan hilang dari madqo, namun sudahlah kami fikir, “yang penting sekarang ayo kita melanjutkan perjalanan”, ujar dino.

Akhirnya singkat cerita, kami sampai dibawah, dan melepas penat kami sejenak, lalu melakukan shalat Dzuhur dan setelah itu kembali ke Surabaya.
Sebuah perjalan gila yang tak pernah akan aku lupakan,,,, Terima kasih Madqo, Ihwan, Ichank dan Dino… Tapi bagi para pembaca jangan mengikuti kami yach, jika ingin melakukan pendakian, persiapkanlah segala sesuatunya dengan baik. Oke…

Wassalam




Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar