Umar bin Abdul Aziz, Perkembangan Watak dan Kepribadiannya



Madinah Al Munawarah dewasa itu adalah merupakan kota peradaban dan kebudayaan Islam yang terpenting teristimewa setelah Rasulullah SAW menjadikan Madinah sebagai ibu kota Islam. Banyak mahasiswa-mahasiswa yang berdatangan ke Madinah untuk menghirup udara dan mata air Islam dari sumbernya yang murni. Di kala itu masih banyak sahabat-sahabat Rasulullah yang masih hidup mengembangkan pengetahuannya menjadi guru atau dosen dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pengetahuan Islam. Terdapat disana Zaid bin Tsabit r.a sekretaris Rasulullah SAW, pencatat Kitab suci Al Qur`an seseorang yang ahli tentang kehakiman dan fatwa, hukum waris (faraidh) dan qiroat. Abdullah bin Umar r.a sebagai tokoh ilmu hadits. Banyaklah ulama Tabi`in yang mendapat ilmu dari para Ulama sahabat tersebut. Tabi`in yang terkemuka dan termasyhur diantara mereka adalah Sa`id ibnu Musayyab rahimahullah dan Urwah bin Zubair bin Awwam rahimahullah. Dari itu tidaklah mengherankan kalau Gubernur Mesir Abdul Aziz mengirimkan anaknya Umar bin Abdul Aziz untuk kembali belajar ke Madinah agar kelak menjadi seorang yang terpelajar dan Ulama yang siap berkhidmat untuk umat.
Dalam lingkungan kota suci dan penuh ilmu inilah Umar bin Abdul Aziz tumbuh dan dibesarkan. Dia meriwayatkan hadits dan memperoleh ilmu fikih dari sekelompok sahabat yang ahli dalam bidang itu diantaranya Anas bin Malik r.a (sahabat Nabi ini meninggal tahun 90 Hijriyah dalam usia lebih dari seratus tahun). Umar belajar kepadanya dan meriwayatkan hadits dari padanya, tetapi juga gurunya itu pernah sholat berjamaah dibelakang muridnya. Diantara gurunya juga Abdullah bin Umar r.a(wafat tahun 74 Hijriyah),paman daripada ibunya sendiri, ada juga Abdullah bin Ja`far bin Abi Thalib(wafat tahun 80 Hijriyah) dan beberapa orang tokoh Tabi`in diantaranya Sa`id ibnu Musayyab sendiri, seorang tokoh yang paling alim diantara mereka (wafat tahun 94 Hijriyah),Urwah bin Zubair (wafat tahun 94 Hijriyah), Salim bin Abdullah bin Umar (wafat tahun 99 Hijriyah) dan lain-lain. Umar bin Abdul Aziz sungguh berbahagia dapat membina ilmu pengetahuan dari telaganya yang bening itu,dari para sahabat Nabi dan Tabi`in,terbayang dari ucapannya sendiri yang berkata “Apa yang aku terima dari Ubaidillah bin Utbah jauh lebih banyak dari apa yang aku terima dari sekalian orang”. Ia juga membanggakan gurunya itu dengan kata-katanya “Aku berada dalam majelis Ubaidillah lebih bahagia kurasa daripada memperoleh dunia beserta isinya”. Diantara gurunya juga terdapat Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zuhri (wafat tahun 125 Hijriyah) yang amat pula dibanggakannya dengan menulis surat kedaerah-daerah antara lain bunyinya “Belajarlah kamu kepada Ibnu Syihab,karena kamu tidak akan mendapatkan orang yang lebih alim tentang Sunnah Nabi daripadanya”
Di Madinah waktu itu juga berkembang kesusasteraan Arab dan dengan begitu Umar bin Abdul Aziz tidak mau ketinggalan dalam gelanggang sastra itu sehingga ia juga termasuk seseorang yang mahir dalam seni sastra Arab itu. Ia juga terbilang sebagai orang yang pandai merangkai kata dalam bentuk syair-syair yang indah.
Demikianlah guru-guru yang telah mengasuhnya terdiri dari tokoh-tokoh yang hebat dan menonjol di zamannya dan berkat kesungguhannya menuntut ilmu akhirnya Umar bin Abdul Aziz kemudian berhasil menjadi seorang yang alim yang disegani, sehingga seorang alim yaitu Mahran bin Maimun (wafat tahun 117 Hijriyah) mengaku dengan segala kekagumannya terhadap Umar bin Abdul Aziz dengan ucapannya “Tidak ada ulama di hadapan Umar bin Abdul Aziz melainkan murid-murid belaka”


Artikel Terkait:

Posting Komentar

0 Comment:

Posting Komentar